TRANSINDONESIA.CO – Indonesia telah berhasil menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia menggeser Malaysia dan negara-negara produsen lainnya, berdasarkan data Oil World tentang perkembangan pangsa Indonesia dalam produksi minyak sawit dunia.
Ketua Advokasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Dr Tungkot Sipayung, mengemukakan hal itu dalam Workshop Wartawan dan Mahasiswa bertajuk “Meluruskan Persepsi Negatif Industri Kelapa Sawit Indonesia” di Malang, Kamis. (19/6/2014)
Pada 1990, produksi sawit Indonesia hanya 22 persen dari produksi dunia, Malaysia 55 persen dan negara-negara lain 23 persen, sedangkan pada 2010 produksi sawit Indonesia sudah mencapai 48 persen, Malaysia 39 persen, sedangkan negara lainnya 13 persen.
Menurut Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) ini, minyak sawit Indonesia juga telah menjadi penghasil minyak nabati terbesar dunia menggeser minyak kedele.
Pada tahun 1990, minyak kedelai mendominasi penggunaan minyak nabati dunia sebesar 37.39 persen, minyak sawit 25.53 persen, minyak rape 18.94 persen dan minyak bunga matahari 18,14 persen.
Pada 2008, penggunaan minyak sawit sudah 41.47 persen, minyak kedelai 32.03 persen, minyak rape 17.10 persen, sedangkan minyak bunga matahari 9.4 persen.
“Industri sawit merupakan satu-satunya andalan ekspor Indonesia yang harus dipertahankan dari kampanye negatif negara-negara maju. Produksi minyak nabati mereka dari bunga matahari (sun flower oil), kedelai (soybean) dan rapessed oil tersaingi oleh minyak sawit,” katanya.
Sementara itu, Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Asmar Arsyad mengatakan areal kelapa sawit Indonesia pada 2012 mencapai 9.230 juta hektar, produksi CPO 28 juta ton, nilai ekspor 21.3 juta ton atau 23.8 juta dollar AS, sedangkan kebutuhan dalam negeri 10 juta ton.
“Kendala peningkatan produktivitas sawit adalah bibitnya palsu, lahan marginal, pupuk kurang, tanaman tua. Dari sisi rendemen adalah kultur teknis, sortasi, brondolan, kontaminasi. Kendala sisi sosial adalah pendidikan, budaya, adopsi teknologi dan kesempatan,” katanya.
Senada dengan itu, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr Ir Damat MP, mengatakan saat ini negara-negara maju telah mengembangkan isu-isu negatif terhadap sawit seperti dinilai sebagai minyak konsumsi yang tidak sehat, tidak ramah lingkungan, penyebab kerusakan hutan, menyerap air sangat tinggi, meminggirkan masyarakat asli dan sebagainya.
Padahal, faktanya, lanjut dia, kelapa sawit memiliki sejumlah keunggulan yakni biaya produksi relatif rendah, umur ekonomi 25 tahun, memiliki kandungan mikro nutrien berupa karoten tinggi, tokoferol dan tokotrienol serta tidak mengandung kolesterol.
“Karakteristik minyaknya semi solid, kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang berimbang serta kandungan oleat relatif tinggi atau 46 persen,” katanya.(ant/ats)