Michael dan Pat Savage memperlihatakan tagihan gas.(mrr)
TRANSINDONESIA.CO – Pasangan kakek nenek Michael dan Pat Savage dilanda kekhawatiran dengan tagihan biaya energi mahal. Mereka mendapatkan tagihan sekitar 49.000 pound sterling atau sekitar Rp975,27 juta (asumsi kurs Rp19.903.57 per poundsterling).
Pasangan yang tinggal di suatu bungalow kecil tidak mengerti mengapa Npower, perusahaan energi Jerman menuntut tagihan gas dalam jumlah besar untuk periode enam bulan. Padahal pasangan ini mengharapkan tagihan hanya beberapa ratus pound sterling.
“Kami takut mati ketika sampai surat tagihan itu. Bahkan pegawai Npower menyebutkan stadion Wembley saja tidak akan memiliki tagihan gas sebesar ini,” ujar Michel (71), seperti dikutip dari Mirror.
Ia menambahkan, kini dirinya takut untuk membuka pintu depan rumahnya. Michael khawatir petugas pengadilan menghampiri keluarganya.
Michael dan Pat (70) telah langganan gas dengan Npower selama 15 tahun. Perusahaan memanggil mereka bulan lalu yang memperingatkan mereka untuk mempersiapkan tagihan besar.
Selain itu, membatalkan 52 pound sterling atau sekitar Rp1,3 juta debit langsung, atau rekening mereka akan dikosongkan.
Tagihan tersebut meningkat dalam bulan berikutnya di rekening mereka menjadi 7.000 pound sterling atau sekitar Rp139,25 juta setelah dua hari kemudian.
Lalu Michael pun menanyakan hal itu kepada manajemen mengapa tagihannya begitu besar, dan mungkin meteran telah berubah pada tahun lalu.
Beberapa hari kemudian mereka menerima surat dari Npower menyatakan, tagihan itu merujuk kepada agen penagihan utangnya.
Pensiunan dari Bridlington, East Yorks ini pun kecewa terhadap Npower karena menolak memberitahu apa yang sedang terjadi. Menurut Michael, manajemen Npower membutuhkan tiga bulan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Sementara itu, manajemen Npower mengungkapkan keprihatinannya mengenai masalah taguhan gas besar itu. Pihaknya pun akan menyelidiki kasus keluarga Savage.
Perusahaan milik Jerman tersebut mengenakan kenaikan harga tertinggi pada musim dingin lalu. Perusahaan ini menerima pengaduan paling banyak di Inggris.(sis)