Jelang Pilpres, Rupiah Menguat

jelang pilpres rupiah menguat

 

TRANSINDONESIA.CO – Jelang penentuan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014, nilai mata uang rupiah diprediksi bergerak menguat.

Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, kinerja rupiah yang bergerak menguat di kisaran level Rp11.510 hingga Rp11.550 per dolar AS, dinilai sebuah tren penguatan ditengah anomali yang terjadi. Dimana sejumlah sentimen yang membuat dolar AS berpeluang menguat diantaranya adalah kebijakan pengurangan stimulus yang kembali dilakukan oleh The Fed.

“Karena itu, rupiah diperkirakan masih akan mixed dan cenderung mengalami pelemahan pada pekan depan dalam rentang Rp11.450 – Rp11.550 per dolar AS. Kecuali setelah ada pengumuman capres dan cawapres yang akan maju, kemungkinan akan menguat karena biasanya, pasar akan langsung meresponnya,” katanya, Jumat (2/5/2014).

Dikatakan Gunawan, hasil rapat The Fed terkini memutuskan kembali mengurangi porsi stimulus moneter berupa pembelian surat berharga berbasis KPR dan Treasury sebesar US$10 miliar per bulan, menjadi total US$45 miliar per bulan sejak Mei 2014. The Fed menyatakan bahwa pembelian surat berharga berbasis KPR (mortgage-backed securities) berkurang dari US$25 miliar per bulan menjadi US$20 miliar per bulan, dan long-term Treasury securities dari US$30 miliar per bulan menjadi US$25 miliar per bulan.

Namun, kebijakan moneter lainnya adalah tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 0-0,25%, sambil tetap memonitor perkembangan kondisi lapangan kerja dan target inflasi sebesar 2%. Keputusan The Fed ini sesuai dengan prediksi mayoritas pelaku pasar, yang juga menganggap bahwa sinyal perlambatan ekonomi dari sejumlah indikator hanyalah bersifat sementara, dan ekspansi ekonomi AS akan kembali dijalurnya.

“Dengan kebijakan tersebut seharusnya likuiditas dolar AS mengering dan sangat potensial membuatnya menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia tanpa terkecuali terhadap rupiah. Namun, laporan departemen tenaga kerja AS menunjukan klaim awal pengangguran naik sebesar 14.000 ke level tertinggi sejak 22 Februari menjadi 344.000. Data tersebut yang disinyalir menjadi penyebab dolar AS tak kunjung menguat meskipun stimulus dikurangi. Namun, kondisi ini, belum akan mempengaruhi nilai tukar rupiah,” kata Gunawan.(dhona/surya)

Share
Leave a comment