TRANSINDONESIA.CO – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Mataram, Putradi mengatakan, pada bulan Maret hingga April 2014, Kota Mataram mengalami deflasi.
“Deflasi pada bulan Maret 2014 sebesar 0,39 persen dan pada bulan April 2014 sebesar 0,49 persen,” katanya dalam rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (14/5/2014).
Dikatakannya, jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2013, Kota Mataram sebaliknya mengalami inflasi sebesar 0,72 persen pada bulan Maret dan 0,61 persen pada bulan April.
Ia mengatakan, deflasi yang terjadi pada bulan Maret dan April 2014 itu disumbangkan oleh jenis komoditi beras sebesar 0,449 persen.
“Hal itu disebabkan karena turunnya harga beras seiring dengan adanya musim penen raya,” katanya.
Sementara berdasarkan ramalan pada bulam Mei 2014 dari hasil pantauan yang dilakukan oleh TPID dari Bank Indonesia memprediksi akan terjadi inflasi.
Ramalan inflasi pada bulan Mei 2014 diperdiksi tertinggi disumbangkan oleh kenaikan daging ayam ras sebesar 11,56 persen karena banyak even dan hari libur, selain itu ikan karena memasuki bulan purnama, kacang-kacangan, daging, serta potensi infasi buah-buahan.
“Hal ini diperediksi terjadi karena adanya pelonggaran kebijakan impor hortikultura oleh pemerintah,” katanya.
Terkait dengan itu, beberapa langkah yang akan dilakukan TPID untuk meminimalisir inflasi, antara lain pengendalian jumlah ternak keluar, monitoring komoditas pangan keluar setiap minggunya, pertemuan dengan para distributor, serta menggalakkan tanaman dengan sistem tabulapot.
“Upaya yang sangat penting adalah meminta masyarakat agar tidak panik, untuk mencegah terjadinya inflasi. Sehingga harga tetap stabil,” jelasnya.(ant/sun)