TRANSINDONESIA.CO – Triwulan pertama tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) tercatat sebesar 5,6 persen atau hanya naik 1,83 persen dibandingkan triwulan empat tahun 2013. Namun perekonomian Sumut melambat dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar 6,14 persen.
“Krisis energi, khususnya listrik dan gas masih membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan industri di daerah ini. Saat ini, industri pengolahan di Sumut mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 2,4 persen dibanding triwulan empat tahun lalu,” kata Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Ateng Hartono, kepada pers di Medan, Selasa (6/5/2014).
Dikatakannya, perlambatan ini dipengaruhi oleh menurunnya pertumbuhan industri pengolahan dan melambatnya investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) ke Sumut.
Seperti diketahui, hingga saat ini Sumut masih mengandalkan industri pengolahan khususnya sawit dan karet untuk mendongkrak impor. Nyatanya, akibat krisis energi khususnya listrik dan gas menyebabkan kinerja sektor ini anjlok dan memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, keadaan pasar dua komoditas tersebut masih sangat memprihatinkan sehingga realisasi ekspor sangat kecil, bahkan menurun.
Dijelaskannya, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan terbesar untuk ekonomi Sumut saat ini dengan angka sebesar 1,16 persen disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,1 persen. Sektor lapangan usaha lainnya seperti pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik, bangunan, pengangkutan dan komunikasi serta sektor lainnya hanya menyumbang dibawah 0,8 persen.
“Jadi bisa dipastikan, jika sektor ini mengalami perlambatan, ekonomi pun melambat,” jelasnya.
Selain industri pengolahan, perlambatan di sektor investasi menurut komponen penggunaan juga mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Sumut kali ini. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku meningkat dari Rp22,81 triliun
Sementara pada triwulan empat tahun 2013 menjadi Rp23,15 triliun pada triwulan I tahun 2014, atau naik sebesar 1,46 persen. PMTB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan pertama tahun 2014 juga mengalami peningkatan sebesar 0,49 persen bila dibandingkan dengan triwulan empat tahun 2013, atau dari Rp7,43 triliun naik menjadi Rp7,47 triliun.
“Meski naik, pertumbuhannya sedikit melambat karena periode-periode sebelumnya terus bermain di atas 2 persen,” jelasnya.
Beruntung, ekonomi Sumut sedikit terbantu karena adanya Pemilu Legislatif lalu dimana turut mengerek pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,05 persen. Dari sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi Sumut sebagian besar berasal dari komponen konsumsi rumah tangga sebesar 4,21 persen, diikuti oleh komponen pembentukan modal tetap bruto 0,96 persen, ekspor barang dan jasa neto 0,72 persen, konsumsi pemerintah 0,41 persen, dan konsumsi lembaga nirlaba 0,02 persen.
Pengamat ekonomi Sumut, M Ishak mengungkapkan, selain sektor industri pengolahan, Sumut juga masih mengandalkan sektor pertanian dalam menunjang kinerja ekonomi karena mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat banyak. “Sektor ini harus benar-benar diperhatikan pemerintah agar ekonomi kita lebih baik lagi,” ungkapnya.
Selain itu, katanya, melambatnya arus investasi di Sumut bisa jadi karena krisis ekonomi di negara-negera Amerika dan Eropa masih berdampak hingga saat ini. Maklum, iklim investasi di Indonesia masih sangat tergantung pada kondisi global.
“Kita bisa memanfaatkan celah investasi dalam negeri dengan menjaring investor dalam negeri untuk menanamkan modalnya di daerah ini,” tuturnya.(dhona)