Komoditi kelapa sawit Sumut sudah merambah dunia sejak zaman Belanda.(ist)
TRANSINDONESIA.CO – Kewajiban memiliki sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) ekspor CPO ke Eropa ditahun depan, diprediksi akan mendapatkan ancaman penolakan dari pengusaha kelapa sawit di Indonesia khususnya Sumatera Utara (Sumut).
Selain nilai ekspor ke benua biru tersebut sedikit, pengusaha di Indonesia sudah memiliki sertifikat IIndonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
“Indonesia tak perlu tunduk dengan segala permintaan Eropa terkait pengelolaan kelapa sawit karena ekspor ke negara-negara tersebut sangat kecil atau tidak lebih dari 10%,” kata Sekretaris Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Timbas Prasad Ginting di Medan seperti dikutip dari laman Ikaberita.com, Selasa (29/4/2014).
Diketahui, tahun 2015 otoritas perdagangan Uni Eropa memberlakukan aturan wajib mencantumkan label sertifikat RSPO untuk produk sawit dan turunannya yang masuk ke Eropa.
Dikatakan Timbas, pemberlakuan kewajiban RSPO ini karena Eropa selalu menganggap CPO Indonesia sebagai saingan terhadap minyak nabati yang mereka produksi.
Selain itu, juga disebabkan Indonesia telah menaikkan kadar biodiesel dari 2,5% menjadi 10% sebagai bahan campuran solar. Akibat mandatori itu, harga CPO di pasar internasional terus naik sehingga Eropa mulai was-was dengan keadaan seperti ini.
“Eropa khawatir, dengan adanya kebijakan ini, jatah untuk mereka akan tergerus. Makanya mereka berusaha untuk menekan Indonesia,” ujarnya.
Untuk itu, pihaknya menantang pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tidak populer dengan menghentikan aktivitas ekspor ke negara-negara Eropa yang dinilai pengusaha terlalu banyak permintaan. Serta menggarap pasar di negara-negara yang selama ini menjadi produsen utama CPO Indonesia seperti China dan India, yang mengusai pangsa pasar ekspor CPO Indonesia.
“Kita telah memiki ISPO yang telah mengatur semua aturan soal pengendalian lingkungan dalam produksi sawit dan ini sudah cukup sebagai modal kita mengekspor CPO dengan kualitas dunia,” ujar Timbas.(dhona)