Nilai Ekspor Karet Sumut Anjlok

1500 Ton Karet Sumut Terancam Gagal DieksporEksport karet sumatera Utara semakin terpuruk.(dok)

 

TRANSINDONESIA.CO – Awal triwulan 2014, nilai ekspor karet di Sumatera Utara (Sumut) mengalami penurunan 19,9% dengan nilai US$ 138,527 juta dibandingkan priode yang sama ditahun lalu. Hal ini diprediksi permintaan dan pasokan sudah tidak lagi sesuai dengan hukum ekonomi.

Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, periode Januari hingga Maret 2014 nilai ekspor karet hanya sebesar US$ 138,527 juta dengan volume 63.800 ton. Sedangkan nilai diperiode yang sama ditahun lalu dengan nilai US$173,059 juta dan volume 59.758 ton.

“Nilai dan volume karet yang diekspor sama-sama turun. Padahal diharapkan kalau produksi rendah, harga jual bisa tinggi,” ujar Kasie Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Disperindag Sumut Fitra Kurnia, di Medan, Senin (21/4/2014).

Dijelaskannya, penurunan ekspor karet ini disebabkan adanya penurunan permintaan dari negara buyer seperti Amerika. Saat ini pembeli terbesar karet Sumut ialah negara China dan India serta juga ke Turki, Amerika, Korea, Taiwan dan Afrika Selatan.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Edy Irwansyah, mengatakan, permintaan dari negara-negara konsumen utama memang dalam posisi stagnan. Tapi harga terus turun sejak Pebruari 2011, dimana harga spot pada 14 Pebruari 2011 untuk SICOM-TSR20 tercatat US$ 5,75 per kg.

Sedangkan saat ini, harga SICOM-TSR20 pukul 14.30 WIB terpantau menurun tajam sebesar 11,5 sen Amerika menjadi US$ 1,66 perkg.  Penurunan yang lebih tajam terjadi pada SICOM-RSS3 turun 14,9 sen menjadi US$ 2,06/kg untuk pengapalan Mei 2014 dari sebelumnya US$ 2,08 /kg.

“Pada 16 April 2014 harga SICOM-TSR20 mencapai US$1,8/kg dan sekarang turun lagi menjadi US$ 1,66/kg,” akunya.

Menurut Edi, seyogianya pada kondisi produksi kebun sangat rendah seperti saat ini, seharusnya harga karet naik. Selain itu, pada saat harga minyak mentah meningkat, harga karet alam pun biasanya ikut naik. Tapi saat harga minyak untuk jenis WTI sudah di atas US$ 104 per barrel justru harga karet semakin turun.

“Pemberitaan adanya kelebihan pasokan di Thailand tidak dapat dipastikan kebenarannya, tapi produksi akan menurun akibat fenomena El-Nino yang sedang melanda Asia Tenggara yang mengakibatkan kekeringan akan tetap melanda pada akhir Mei hingga Juli,” ujarnya. (dhona)

Share