Wanita Lansia asal NTT Dibekali Ilmu Teknik

lansia nttLansia mendapat pembekalan ilmu untuk bisa mandiri.(dok)

TRANSINDONESIA.CO, Jakarta : Sebanyak delapan wanita lanjut usia (Lansia) berpendidikan rendah dan buta aksara asal Nusa Tenggara Timur (NTT) berangkat ke India guna mendapatkan pembekalan ilmu teknik seperti pembuatan alat eletrik tenaga surya.

“Mereka mendapatkan pelatihan gratis selama enam bulan di Tilonia Jaipur India,” kata pendiri Wadah Foundation Anie Hashim Djojohadikusumo dalam keterangan tertulis di Jakarta Selasa (18/3/2014).

Para wanita tersebut berasal di daerah Flores, yakni Desa Koa, Teka Iku, Nangahure dan Wuring, sedangkan Desa Kua berada di Kupang NTT.

Ke delapan wanita itu mendapatkan pelatihan di India sejak 16 September 2013 hingga 14 Maret 2014.

Anie menggambarkan desa asal para wanita tersebut termasuk daerah miskin dengan tanpa listrik dan jauh dari pusat kota, bahkan Desa Koa yang dikelilingi sungai besar saat turun hujan menjadi daerah yang terisolasi.

Berkat kerjasama antara Wadah Foundation dengan Barefoot College, para perempuan lansia itu mendapatkan pelatihan untuk membangun desanya.

Usai menjalani pelatihan, para peserta kembali untuk membangun desanya seperti membangun bengkel dan mendidik warga lainnya secara gratis, serta membagikan ilmu.

Anie berharap pemerintah Indonesia mendukung program tersebut dengan memberikan logistik dan dana transport untuk pengiriman alat berat dari India ke kampung para wanita tersebut.

Duta Besar India untuk Indonesia Gurjit Singh menambahkan pihaknya lebih memilih wanita lansia dibanding perempuan atau pria muda untuk mengikuti program Indian Technical Economic Cooperation (ITEC).

Gurjit beralasan perempuan yang berusia cukup tidak akan meninggalkan kampungnya setelah mendapatkan pelatihan

“Sebaliknya, wanita dan lelaki muda akan keluar lingkungannya usai mendapatkan pendidikan,” tutur Gurjit.

Gurjit berharap program edukasi ITEC akan berlangsung setiap tahun dengan melibatkan para perempuan yang berasal dari desa miskin dan terpencil di Indonesia.

Salah satu peserta pelatihan, Rasmi (53) menjelaskan dirinya mendapatkan sejumlah pelatihan perakitan alat eletrik tenaga tata surya dengan mengenali nama alat hingga merakit alat dari kondisi rusak menjadi berfungsi kembali.

“Sebulan kami belajar menghafal setiap nama dalam alat itu dalam Bahasa India dan Inggris,” ungkap Rasmi yang bersyukur pelatihan itu bermanfaat bagi pengembangan di kampungnya.(ant/oki)

Share