April, Kongres ke-5 SBSI di Asrama Haji Jakarta

muchtar

 

TRANSINDONESIA.co, Jakarta : Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI)  akan menyelenggarakan Kongres ke-5 pada 25-28 April 14 mendatang.Kongres akan memutuskan tujuan membangun welfarestate, untuk itu kata Muchtar Pakpahan mengungapkan, ada tiga hal penting yang akan menjadi materi pembahasan. Seperti sejak awal organisasi ini didirikan, SBSI bergerak dalam wolayah perburuhan.

“Secara garis besar, gerakan SBSI dilakukan pada tiga hal; gerakan massa buruh, gerakan ekonomi rakyat yang berintikan pada koperasi, dan gerakan politik dapat dilakukan dengan dua laternatif,” kata Ketua SBSI Muchtar Papahan dala keterangan persnya.

Pertama kata Muchtar, melalui simbiose atau menyaluirkan sinerginya melalui partai politik, kedua membangun partai buruh sendiri.

Untuk menentukan pilihan menempuh cara simbiose atau membangun partai buruh sendiri, diakuinya, baru akan dibicarakan juga dalam Kongres SBSI ke-5 yang akan diselenggarakan pada 25-28 April 2014 di Asrama Haji, Jakarta.

Target finalnya nanti pada tahun 2017 jika anggota SBSI dapat dipulikan seperti pada masa jayanya dulu, tahun 1998  yakni hingga jumlah anggota tidak kurang dari 1,7 orang.

“Maka kepastian membangun partai buruh sendiri sudah memenuhi syarat pertama,” kata  Muchtar Pakpahan menyebut jumlah anggota sebagai syarat utama.

Karena dia sangat menyadari bahwa untuk membangun partai buruh yang solid dan berjaya ikut menjadi pemenang dalam pemilu maupun pilkada diperlukan persyaratan lain yang tidak kalah banyak dan penting untuk diperhitungkan.

Setidaknya, pengalaman dalam menjalankan Partai Buruh Nasional (PBN) maupun Partai Buruh Sosial democrat (PBSD) sudah dipraktekkan pada saat penyelenggaraan pemilu di Indonesia sebelumnya.

Syarat mempunyai anggota minimal 1,7 juta seperti saat SBSI Berjaya dahulu, karena secara rinci SBSI bisa eksis diseluruh provinsi Indonesia dengan rincian memiliki tiga orang pengurus inti yang tangguh.

Lalu memiliki tiga orang pegurus yang tangguh disetiap kabupaten kota, dan minimal memiliki 9 orang fungsionaris pengurus untuk tiga orang pengruus pada tingkat komisariat.

Sedangkan pada jajaran DPP SBSI, Muchtar Pakpahan mengidealkan paling sedikit ada 23 kader yang tangguh untuk mengendalikan roda organisasi yang bertebar di seluruh pelosok tanah air.

Secara yakin dan mantap Muchtar Pakpahan menyakinkan pakem pegangannya seperti itu.

Sebab bila syarat minimal itu belum bisa dipenuhi, maka dia menyatakan, akan tetap legowo untuk tetap konsentrasi membangun SBSI dengan strategi utama meningkakatkan frekuensi konsolidasi yang dibarengi dengan pelatuihan dan pendidikan untuk semua level yang ada di SBSI.

“Karena itu, program pelatihan dan pendidikan akan menjadi prioritas program, karena keberhasilan kaderisasi dalam serikat buruh akan sangat menentukan maju atau tidaknya organisasi.” Katanya.

Rinciannya dalam membangun serikat buruh diperluakan dana yang cukup, untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang mumpuni. Adapun sumber daya manusia yang diperlukan SBSI secara nyata mulai dari pengelolaan organisasi yang professional, penangan masalah letigasi dan hukum yang handal, serta pengelolaan dana yang ada serta sumber dana yang tersedia yang gigih.

Jika tidak, maka pertumbuhan dan perkembangan organisasi dapat segera dipastikan tidak sehat.

Acara kongres ke-5 SBSI direncanakan menampilkan sejumlah nara sumber sekaligus dimaksudkan sebagai pembekalan bagi segenap fungsionaris organisasi terpilih dalam menjalankan roda organisasi dengan segenap program kerja yang yang hendak dilakukan.

Berbagai pakar serta pandangan para ahli mulai dari bidang ekonomi, politik, dan social budaya serta hukum dan politik akan menjadi menu santapan peserta maupun tamu serta undangan dan simpatisan SBSI.

Sekretaris Jendral SBSI sekaligus Ketua Panitia Penyelenggara Kongres SBSI ke-5, Raswan Suryana mengungkapkan, tamu dan undangan yang diharap hadir dalam pembukaan kongres setidaknya seluruh relasi, serta jaringan kerja SBSI, baik yang ada di dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.

“Diantaranya sejumlah serikat buruh internasional seperti, ICFTU dan WCL serta serikat buruh dari berbagai negara lain sudah ada yang menyatakan kesediaannya untuk hadir,” kata Raswan.

Saat kongres, Raswan memperkirakan peserta berikut tamu dan undangan yang akan hadir tidak kurang drai 2.400 orang.

“Sebab kalau normal, peserta kongres saja dari lingkungan SBSI sudah berkisar 1.250 hinggga 1.400 orang,” terang Raswan.

Sementara dari dalam negeri, undangan dan tamu undangan SBSI diantaranya adalah organisasi buruh, serikat buruh, LSM perburuhan serta tokoh maupun aktivis perburuhan yang ada di Indonesia.

Raswan mmeperkirakan pelaksanaan Kongres SBSI kali ini akan memerlukan dana yang cukup besar, mengungat momentum Kongtfres ke-5 SBSI tahun 2014 ini akan menandai kebangkitan kedua bagi SBSI yang menandai perlawanan terhadap rezim penguasa pada masa kelahirannya di zaman Orde Baru.

SBSI dideklarasikan pada 25 April 1992 di Bogor bersama sejumlah tokoh seperti politisi senior Sabam Sirait, Gus Dur dan sejumlah tokoh nasional lain.

Dalam 22 tahun perjalanan hidupnya sebagai organisasi yang pernah menjadi simbol perlawanan terhadap rezim penguasa pada waktu kelahirannya, tentu saja tantangan bagi SBSI di era reformasi sekarang ini pasti berbeda.

“Kalau dahulu kita bukan Cuma dihantui oleh para aparat pemerintah dan TNI serta Polri, tetapi hampir setiap kali melakukan kegiatan akan diintimisdasi bahkan dipaksa diinterogasi di Koramil. Kapolsek atau bahkan Korem dan Polres dimana kita melakukan kegiatan,” kata Raswan mengenang masanya ber-SBSI di masa kekuasaan otoritarian Presiden Soeharto.

Biasanya intimidasi dan perlakuan represif yang dilakukan aparat pemerintah dan TNI Polri di masa rezim Soeharto dahulu, kata Raswan Suryana,  fungsionaris dan aktivis SBSI yang melakukan kegiatan sering di cap komunis atau menghasut.

Oleh karena itu, menurut dia untuk membangun serikat buruh sekarang diperlukan biaya dan dana yang besar. Semua fungsionaris organisasi dituntut bekerja secara professional, karenanya biaya yang dibutuhkan haruis cukup dan memadai.

Bila tidak, maka dengan sendirinya perkembangan organisasi kalah cepat dengan gerak yang dilakukan organisasi lain.

“Soalnya, jumlah buruh relatif tetap,  tetapi jumlah organisasi buruh tumbuh seperti jamur,” kata Raswan.

Apalagi menurutnya, Kongres ke-5 ini akan mengusung thema ‘SBSI Kuat, Rakyat Sejahtera’, jadi tidak mungkin jargon yang heroik itu akan mampu dilakukan, kalau fungsionaris organisasinya sendiri belum sejahtera. Apalagi masih hidup dalam berbagai keterbatasan, seperti pada masa awal SBSI dilahirkan dahulu.

“Karena serikat buruh yang kuat adalah syarat mutlak untuk mencapai kehidupan buruh yang sejahtera. Jadi bagaimana mungkin fungsionaris SBSI akan menghantar buruh Indonesia yang sejahtera, sementara kehidupan fungsionaris organsasi dan aktivis SBSI masih terkungkung dalam berbagai keterbatasan dan kekurangan,” katanya.(rev/yan)

 

 

Share