Darwain Pane, HMI Sampai Nafas Terakhir

HMI Darwin PaneAss. Wr. Wb. Heridani mantan Ketum Cabang Binjai dan PB HMI sedang mengisi materi di Basic Training HMI Kom´s FIS UNIMED.(Upload foto terakhir Darwin Pane di FB,  pada Rabu, 29/1/2014)

 

TRANSINDONESIA, Jakarta : Calon legoslatif (caleg) DPRD Kota Medan dari Partai Bulan Bintang (PBB) Drs.Darwin Pane meninggal dunia saat mengelola Latihan Kader (LK-1) HMI Komisariat FIS Univesitas Medan, pada  Kamis (30/1/2014).

Darwin Pane (DP) merupakan kadeer HMI yang tidak kenal lelah memberikan konstribusi dan kecintaannya terhadap organisasi kader yang didirikan Lafran Pane pada 5 Febuari 1947.

Sampai akhir hayatnya, alumni IKIP Mean (sekarang Unimed) dikenal rekan-rekan seperjuangannya sebagai sosok tanpa pamrih. DP lebih banyak bekerja dibidang sosial, meski beberapa organisasi kepemudaan pernah diikutinya, namun kecintaan terhdap HMI terus bergolak dalam jiwa sampai nafas terakhirnya.

Kepergian DP membuat banyak rekan-rekan HMI tidak terkejut mendapat khabar duka atas kepergiannya. DP merupakan sosok sahabat yang selalau menghindar dari konflik itu membuat dirinya banyak disenangi para rekan seangkatan dan seniornya, bahkan menjadi sosok panutan bagi kader junior di HMI.

Aktif di jejaring sosial Facebook, DP sangat jarang memberikan komentar pada status rekan-rekannya, tetapi DP hampir tidak pernah melewatkan ‘like’ distatus sahabat-sahabatnya.

Dalam akunnya di FB, DP juga hampir tidak pernah menulis status, namun DP sangat senang mengupload foto. Terutama foto-foto bersama rekan-rekan HMI dalam setiap kegiatan maupun saat bertemu dengan rekan-rekannya.

Halnya, saat DP terlibat mengelola LK-1 HMI Komisariat FIS Unimed (almamaternya)  mengupload fotonya bersama rekan, senior dan juniornya yang memberikan materi.

Di jejaring sosial itu pula, pria kelahiran 4 April 1964 menjadikan salah satu wadah untuk mensosialisasikan pencalonannya sebagai wakil rakyat.

Dalam akun jejaring sosialnya itu, ratusan sahabat memberikan ucapan berlangsungkawa atas kepergian Ketua Ketua Yayasan Amal Dan Sosial Al Washliyah Akte 67/1955 menghadap sang Khaliknya .

Transindonesia.co mencoba menelusuri akun jejaring DP di FB, Junaidi Teguh seorang sahabatnya yang kini berdomisili di Bogor, Jawa Barat, menulis catatan terhadap kawan-kawannya yang mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.

Dalam catatan mantan Sekretaris Umum (sekum) HMI Cabang Medan (Camed), dengan judul  “Lima CATATAN YANG TERCECER SEKITAR PEMILU”.

Junaidi Teguh memberikan pandangannya terhadap Abdullah Rasyid (Caleg PR RI, Partai PAN, Dapil Sumut1), Hadi Priyono (caleg DPRD I Provinsi Jawa Barat, Partai PBB, Dapil Kabupaten Bogor) dan Julianto Marjan (caleg DPRD Kota Bogor, Partai Hanura, Dapil Bogor Barat).

Pada catatan keempat, Junaidi Teguh memberi judul “Kampanye sampai di kuburan…”

Junaidi Teguh memang dikenal sebagai sahabat humoris dan kritis, membuatnya supel bergaul dan disenangi kawan-kawan khususnya HMI Camed.

Inilah catatan kelima Juniadi untuk sahabatnya DP yang telah meninggalkan semua keluarga, sahabat dan seluruh isi dunia ini, dan tampaknya Junaidi  khusus menuliskannya untuk DP yang diberi judul  “Darwin Pane, Old soldier never die…”.

“Darwin Pane, Old soldier never die…” :

Ya, itulah gambaran tepat utk seorang sahabat saya yg bergaul dengan saya hampir tak terputus selama 25 tahun terakhir, Darwin Pane caleg PBB utk DPRD II. Memisahkan DP (begitu kami biasa memanggilnya) dengan organisasi bagai memisahkan air dengan minyak, tapi memisahkan DP dengan HMI lebih dari itu, karna tak mungkin dapat dipisahkan.

Bila melihat pd jalan pemikirannya, saya rasa satu2nya anggota HMI di Indonesia yg keanggotaannya tak pernah berhenti ya si DP itu. Dp blum pernah tercatat dlm buku register Kahmi, tapi uniknya dlm buku register HMI pun namanya sudah tak ada. Dia sendiri tak pernah risau akan hal itu.

DP pribadi yg absurd, anomali di tengah belantara hiruk pikuk pertarungan2 politik dan intrik HMi masa ke masa. Tak pernah mencalonkan diri sbg caleg selama ini, karna dia mmg tdk mau menjadi subordinat partai2 sontoloyo, tahun ini dia mencoba peruntungannya, meski no. urutnya relatif besar dengan modal mungil, semungil bodinya.

Beliau punya mimpi2 yg indah utk duduk di kursi DPRD II Medan. Sayang, harapan itu belum kesampaian, yg maha berkehendak memanggilnya. Kepergian yg dramatis dan heroik, yg akan terus dikenang. Layaknya ksatria atau prajurit tua, mereka sebenarnya tak pernah mati.

Memang ia sudah menghembuskan nafas yg terakhir, tapi sebenarnya dia tidak mati, dia akan tetap hidup di hati dan pikiran kita. Begitulah seharusnya penghargaan kita mengenang seorang sahabat yang baik. Selamat jalan sahabat, mungkin Allah mmg tak menghendaki anda, berlumur dosa2 dengan banyak menebar janji2 dusta, padahal nantinya juga tak kan berbuat apa2, bila telah duduk singasana.(sof)

 

Share