Pemilu adalah Pesta Kebudayaan

Oleh: Chrysnanda Dwilaksana

TRANSINDONESIA.CO –  Kata atau kalimat ini akan mempengaruhi makna yang berdampak pada pandangan image atau persepsi bahkan keyakinan.

Isu-isu yang dihembuskan belum tentu benar namun bisa saja dianggap dan diyakini kebenarannya.

Isu merupakan taburan yang akan melenting ke sana ke mari yang dapat menjadi pemicu kebencian saling menyalahkan dan bermuara pada konflik.

Taburan-taburan itu paling mudah dan cepat membakar daya nalar publik adalah isu-isu primordial (SARA) karena di situ biasanya mengutamakan emosi dan spiritual seřa mengabaikan rasionalnya.

Ilustrasi

Semua isu by design yang maknanya mereka mempunyai tujuan tersembunyi/beyond. Apa yang nampak hanya sarana bukan tujuan.

Tujuan besar adalah kekuasaan untuk mampu mendominasi dan dominan pada sumber-sumber daya yang ada.

Maka benarlah amanat konstitusi yang ditancapkan pada falsafah dan pandangan hidup bangsa ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Inilah landasan polisi melaksanakan pemolisianya baik coercive maupun non coercive (dengan atau tanpa upaya paksa).

Counter isu yang dapat digunakan untuk mendekonstruksi design-design pemicu konflik adalah melalui kebudayaan karena ini merupakan ikon peradaban dan refleksi tingkar kemanusiaan dalam memanusiakan manusia.

Pemilu sebenarnya pesta kebudayaan yang demokratis. Maknanya proses-proses Pemilu diselelnggarakan dengan cara-cara yang beradab. Tanpa sadar mengajak untuk menggunakan logika dan bergeraknya daya nalar menangkal berbagai isu-isu yang menjadi potensi terjadinya kebiadaban atau anti kemanusiaan atau anarkisme dan sebagainya.

Mencerdaskan kehidupan bangsa melalui kebudayaan dalam proses tahapan-tahapan Pemilu akan menunjukkan:

  1. Adanya kesepakatan dan deklarasi damai
  2. Membangun etika publik dalam Pemilu yang berdampak malu berlaku cela dalam proses Pemilu
  3. Gerakan para mitra mampu menjadi soft power bagi terwujudnya Pemilu yang berbudaya
  4. Masyarakat cerdas dalam memilih pemimpin-pemimpinnya yang visioner rasional dan tidak mudah diadu domba
  5. Para pemangku kepentingan saling menguatkan dan tidak menodai karakter budaya wilayah mereka dengan anarkisme. Konflik-konflik yang ada dapat diselesaikan secara beradab
  6. Suksesi kepemimpinan dengan cara damai dengan cara-cara berbudaya menjadi harga diri dan kebanggaan daerahnya
  7. Akan muncul local heros yang cerdas bermoral dan model untuk menjadi ikon peradaban
  8. Mampu memberdayakan potensi-potensi yang ada secara beradab dan banyk lainnya

Pemilu merupakan pesta kebudayaan untuk mampu menunjukkan harga diri dan tingkat peradaban dalam suksesi kepemimpinan.[]

Share
Leave a comment