Gerakan Cinta Indonesia

TRANSINDONESIA.CO – Mungkinkah komponen bangsa melakukan gerakan cinta Indonesia? Tentu saja mungkin. Hanya saja, cara memanage dan menggerakkanya mampu menggerakkan passion anak bangsa unutk memarketingkan dan menduniakan indonesia.

Para aparatur terlebih dahulu semestinya menjadi teladan atau ikon atau motornya. Tatkala seluruh lapisan aparatur negara memyadari akan pentingnya gerakan cinta Indonesia maka semua lini akan bergerak menggeliat bagai roda-roda jam yang satu dengan lainnya saling menggerakkan dan menguatkan.

Menduniakan Indonesia bukan semata-mata urusan satu atau dua kementrian saja, melainkan menjadi bagian seluruh komponen bangsa. Lagi-lagi yang sering menjadi kendala adalah perebutan kewenangan, monopoli kekuasaan, ego sektoral. Itu semua menjadi saramg bagi tumbuh berkembangnya kanker KKN.

Ilustrasi

Tatkala semua lini terjangkit kanker KKN maka akan sulit bangkit, semua lainnya kalau tidak memeras, ya terima suap. Belum lagi yang melakukan backing ilegal, mark up, tipu sana tipu sini. Kehancuran citra dan karakter bangsa salah satunya tatkala bangsa itu lupa diri dan mabuk KKN.

Parahnya lagi, tidak ada yang berani mengingatkan, melainkan ramai-ramai menjarah dan saling berebut bagai bancakan barang jarahan. Akar masalah ini dikarenakan banyaknya kepentingan dan sakitnya moral bangsa.

Jangan harap memiliki aparatur yang sehat tatkala masyarakatnya sakit. Namun tidak bisa diperdebatkan terus ala mana telur duluan atau ayam duluan. Dalam konteks inilah peran dan fungsi aparat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada bangsa yang cerdas akan waras dan melakukan banyak usaha untuk amenjaga dan merawat kedaulatan bangsa.

Melalui gerakan cinta Indonesia, kita akan dapat menjadi fondasi bagi upaya-upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Gerakan cinta Indonesia ini dimulai dari diri sendiri, mulai memakai produk bangsa dari yang sehari-hari sampai yang kontijensi.

Semua bagian dan semua lini menyuarakan dan memarketingkan Indonesia dengan menunjukkan karakter masing-masing. Membangun ikon-ikon cinta Indonesia dari apa saja, di mana saja, siapa saja dan kapan saja, dengan pendekatan dan sudut pandang masing-masing.

Saling mengunjungi, menata alam lingkuangan, menimbulkan suasana asri yang ngangeni. Seni tradisi dan religi menjadi kekuatan spirit bagi implementaasi satu prinsip seribu gaya. Setia dalam pesan bebas dalam mengungkapkan.[CDL]

Share
Leave a comment