Sinabung Terus Erupsi, Relokasi Terhambat

TRANSINDONESIA.CO –  Hingga sampai saat ini, Gunung Sinabung menyandang status Awas (level IV) berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara mesih mengalami tingkat tinggi erupsi dengan menguyurkan abu vulknik disertai hujan lumpur.

Data diterima wartawan dari Pemantau Gunung Api (PGA) Sinabung terhitung sejak Kamis 2 Februari 2017 hingga sampai Selasa 7 Februari 2017 sudah mengalami 47 kali erupsi.

Pada Kamis 2 Februari 2017 sebanyak delapan kali erupsi, Jumat 3 Februari 2017, 12 kali, Sabtu 4 Februari 2017 juga 12 kali erupsi, Minggu 5 Februari 2017 tujuh kali erupsi hingga sore hari.

Sementara Senin 6 Februari 2017 dan Selasa 7 Februari 2017 baru mengalami erupsi delapan kali sampai jam 14:42. Dimana letusan tanpa disertai suara dentuman, kolom abu putih tebal keabuan mencapai ketinggian 1.000 hingga 2.000 meter dari puncak, condong mengarah timur. Erupsi juga disertai guguran lava meluncur sejauh 500 – 2000 meter ke arah selatan, tenggara, dan timur.

Gunung Sinabung.[BES]
Gunung Sinabung.[BES]
Saat erupsi terjadi, hujan abu, dan lumpur dalam dua hari ini dirasakan warga sekitar Kec. Simpang Empat dalam skala kecil. Langit sesaat gelap saat erupsi terjadi.

Kepala Pusat Data Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers diterima Waspada menyatakan, larangan terhadap masyarakat terus diberlakukan. PVMBG merekomendasikan masyarakat, dan pengunjung/wisatawan tidak boleh melakukan aktivitas di dalam radius 3 kilometwr dari puncak, dan dalam jarak tujuh kilometer untuk sektor selatan – tenggara, di dalam jarak enam kilometer untuk sektor tenggara – timur.

Serta di dalam jarak empat kilometer untuk sektor utara – timur Gunung Sinabung. Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai – sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar.

“Dengan makin meluasnya daerah yang berbahaya maka jumlah masyarakat yang harus direlokasi juga bertambah. Pemerintah Daerah Karo kesulitan mencari lahan untuk relokasi. Relokasi tahap pertama sebanyak 370 kepala keluarga sudah selesai dilakukan di kawasan Siosar sekitar 35 kilometer dari desa asalnya, yaitu Desa Bekerah, dan Simacem. Masyarakat mendapat bantuan rumah, lahan pertanian seluas 0,5 hektar per KK dan bantuan lain,” ucap Sutopo.

Saat ini Perintah sedang bekerja keras menyelesaikan relokasi tahap kedua untuk 1.903 kepala keluarga. Sebanyak 1.655 unit rumah ditargetkan selesai pada Agustus 2017. Selanjutnya masih ada 1.050 KK yang harus direlokasi tahap III nantinya.

Faktor penghambat utama adalah ketersediaan lahan. Lahan relokasi permukiman, dan usahan tani belum tersedia sepenuhnya. Lahan tapak rumah sudah disiapkan di Siosar untuk 2.053 KK seluas 250 hektar. Namun tidak tersedia lahan usaha tani sehingga masyarakat tidak bersedia direlokasi.

“Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kehutanan telah memberikan lahan APL (Area Penggunaan Lain) seluas 6.300 hektar yang cukup untuk permukiman dan usaha tani. Namun di lapangan lahan ini semua sudah dikuasai pihak lain. Oleh karena itu perlu pemberian ijin pinjam pakai kawasan hutan seluas 750 hektar untuk menampung relokasi sejumlah 1.271 KK. Tanpa ada lahan baru maka relokasi akan terhambat. Masyarakat akan lebih lama tinggal di pengungsian, dan sulit membangun kehidupan yang lebih baik. Kunci utama penyelesaian pengungsi Sinabung adalah penyediaan lahan untuk permukiman, dan usaha tani relokasi,” terangnya.[BES]

Share
Leave a comment