Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Tugas Siapa?

TRANSINDONESIA.CO – Para Founding Fathers Republik Indonesia menyadari bahwa untuk menjadikan Indonesia yang kuat, hebat, menginspirasi dunia adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun, sepertinya mencerdaskan kehidupan bangsa di bebankan kepada bidang pendidikan saja. Apakah lupa atau tidak memahami bahwa disemua pekerjaan para aparatur penyelenggara negara memiliki kewajiban untuk mencerdasakan masyarakat yang dilayaninya ? Bisa saja kedeua-duanya dahulu tidak memahaminya sekarang lupa.

Apa yang dikerjakan sepertinya sebatas menghabiskan anggaran, pokoknya kerja (bukan mengerjakan yang pokok-pokok).

Ilustrasi
Ilustrasi

Para pemimpin di semua lini sibuk dan disibukkan dengan berbagai kegiatan seremonial, atau yang bersifat kuratif, reaktif bahkan cenderung show of force semata. Esensi mencerdaskan kehidupan terlupakan dan bukan memjadi ruh dari pekerjaanya.

Sering kita meributkan ekspansi orang-orang asing ke indonesia, atau pekerja-pekerja asing di indonesia. Mengapa diributkan bahkan ditakutkan ? Karena mereka memiliki kecerdasan ? Analoginya mereka jualan bakso untuk beli tanah, sedangkan kita jual tanah untuk beli bakso ? Semua mungkin dan bisa saja dibenarkan tatkala kita sebagai anak bangsa dan para aparaturnya belum menyadari dan belum mampu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Bisa dibayangkan kita sebagai bangsa besar, bangsa yang kaya, eksport kita rendah, berjualan barang-barang mentah,menjual kekayaan alam. Orang-orang kita diekspor sebagai TKI untuk pekerja-pekerja kasar, tenaga-tenaga rendahan, belum sebagai tenaga ahli.

Sekaya apapun kita tatkala tidak memiliki keahlian maka kita hanya sebatas pemberi sewa karena tidak mampu memberdayakan. Orang-orang yang menyewa di tempat kita bisa membuat apa saja sesuai dengan keahlian mereka.

Mungkin ada yang membantahnya juga. Penyewa tidak perlu berpikir pasti untung dan tidak beresiko.

Memang benar demikian, namun, apa yang kita lakukan sebagai penyewa, sampai kapanpun ya begini-begini saja. Si penyewa memang punya resiko namun ia memiliki peluang.

Memanfaatkan peluang, waktu, tempat, situasi, dan apa saja, akan menjadi sangat luar biasa tatkala kita memiliki kecerdasan, keahlian, kemampuan. Kemampuan memberdayakan inilah yang sebenarnya memberi kehidupan, dan menghidupi yang menjadi refleksi atas kemanusiaan atau sebagai upaya-upaya memanusiakan yang seutuhnya.

Kita lihat saja dari sektor pariwisata, tatkala dikelola kita sendiri adakah yang menjadi nasional atau bahkan mendunia ? Berapa banyak heritage yang ada hanya menjadi onggokan barang kuno tanpa ceritera, tanpa makna ? Berapa banyak lokasi alam yang hanya begitu-begitu saja tanpa sentuhan untuk menginspirasi dunia ? Berapa banyak potensi-potensi industri yang dibiarkan mangkak ?

Apakah kita ini Balung kere (berperawakan dan keturunan orang-orang yang tetap bodoh dan miskin) ? Kita sering narsis dengan membuat puji-pujian terhadap diri kita yang sebenarnya merefleksikan keburukan perilaku dan ketidakmampuan kita menghadapi orang-orang dari luar.

Kita bangga mengatakan sebagai bangsa yang kaya, namun tidak Berdaya karena memang keahlian kita masih sebatas sebagai pemberi sewa atau tukang sewa. Ya untung juga sih, namun habis untuk makan saja, dan tentu tanpa penghargaan apa-apa, karena memang tidak ada kepandaian atau kecerdasan yang terolah dalam karya.

Berapa banyak orang-orang kita yang ahli malas pulang ke negeri sendiri ? Bisa ratusan, bisa juga ribuan orang. Mengapa demikian ? Apakah mereka merasa tidak nyaman, tidak memiliki tempat, tidak dihargai atau negeri ini memang belum mampu menerima kaum-kaum cerdas dalam system-sistem penyelenggaraan negara ?

Bisa saja demikian, tatkala spirit mencerdaskan kehidupan bangsa belum dimiliki, maka akan sarat dengan seremonial, dikuasai kaum mafia dan safety player. Kita akan terus menjual tanah untuk beli bakso, belum mampu menjual bakso untuk beli tanah.

Sumber daya manusia merupakan aset utama bangsa. Kecerdasan inilah yang akan menjadikan bangsa ini sehat, kuat, besar, dan menjadi inspirasi dunia. Mencerdaskan kehidupan bangsa, tanggung jawab kita semua. Bukan sebatas penyewa, melainkan mampu memberdayakan, memproduksi apa saja, mengemas, memberi makna dan memasarkannya.[CDL30122016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment