BI Riau Canangkan Penukaran Uang Lusuh

TRANSINDONESIA.CO – Bank Indonesia, Perwakilan Provinsi Riau, mencanangkan gerakan penukaran uang lusuh yang sudah tidak layak edar dengan alat tukar transaksi layak beredar di wilayah setempat.

“Kami menyebutnya dengan istilah Gambus (Gerakan Bumi Melayu Bebas Uang Lusuh),” kata Kepala Bank Indonesia Riau Ismet Inono di Pekanbaru, Senin 19 Desember 2016.

Ismet menyebutkan gerakan ini dimaksudkan supaya masyarakat Riau itu cinta kepada rupiah. Selain itu, juga bertujuan supaya masyarakat Riau memiliki uang yang layak untuk digunakan sebagai alat tukar dan bertransaksi dengan jumlah yang cukup dimasyarakat. “Dengan harapan masyarakat dalam menggunakan rupiah tidak kesulitan,” terangnya.

Terkait dimulainya Gambus ini, Kantor BI Riau membuka pos atau saung penukaran selama lima hari ke depan 18-22 Desember 2016.

Bank Indonesia Riau.[DOK]
Bank Indonesia Riau.[DOK]
Selama proses layanan penukaran ini, BI menggandeng 10 bank yang berbeda tiap harinya. Dengan jadwal buka tiap jam kerja.

“Kantor BI akan membuka saung penukaran uang lusuh di halaman kantor. Di sini masyarakat bisa menukarkan semua uang lusuhnya baik kertas maupun koin dengan uang layak edar,” tegasnya.

BI juga menggandeng beberapa bank swasta untuk ikut membuka layanan penukar pada semua cabang dan kantor kasnya.

Tujuannya agar masyarakat lebih mudah mengakses dimanapun berada. Sehingga tujuan akhir, BI ingin menarik semua uang lusuh tak layak edar bisa tercapai tentunya dengan tingkat batas toleransi.

Ismet menerangkan tingkat uang lusuh di Riau tinggi, dan diperkirakan masih banyak beredar di masyarakat. Khususnya uang pecahan logam. Masyarakat masih kurang peduli dan mengabaikannya dengan melakukan pembiaran tidak menyetorkannya ke bank.

Tentunya dengan berbagai alasan mulai dari nominal yang kecil, sulitnya pelayanan, malu atau sungkan dan sebagainya.

“Selain juga Riau lebih banyak uang keluarnya (ouflow) ketimbang uang masuk (inflow) nya. Artinya banyak aktifitas ekonomi orang Riau tidak dilakukan di sini. Otomatis karena uang beredar terbatas sementara perputaran tinggi membuat tingkat kelusuhan uang tinggi,” kata Ismet.[ANT/SBR]

Share
Leave a comment