Interaktif Dunia Maya: Ulangtahun Mencari Negeri “Adil”

TRANSINDONESIA.CO – Banyak orang tidak menyadari saat berteraktif di dunia maya seperti facebook, whatsaap, blackberry messenger, atau apapun media sosial lainnya, kita banyak mengungkapkan atau bahkan menjadi tahu tentang apa saja.

Meski sebagian besar bukanlah politisi, penegak hukum, pebisnis atau apapun profesi seseorang yang bukan diteuninya menjadi banyak tahu dengan seringnya berinterakfi di dunia maya.

Bahkan tidak jarang, yang awalnya hanya untuk mengucapkan sesuatu, menanyakan, ingin mengetauhi jadwal atau apa saja yang hanya sekedar say hello, berubah atau panjang menjadi hal-hal lain.

Namun apapun itu pastilah menjadi sesuatu kertarikan interaksi tersebut hingga menjadi hidup dan bahkan bisa menjadi berjam-jama (ngobrol di dunia maya).

Ilustrasi
Ilustrasi

Berikut, sebut saja saat interaksi antara seorang murid dengan guru:

Murid: Ternyata ada juga ulang tahun abang…selamat ulang tahun bang, sehat dan sukses selalu…

Guru: Wah dari mana kau tahu… he he he terima kasih ya (sebut nama murid)

Murid: Siap bang….sing penting sehat.

Guru: Ya iya lha (sebut nama murid) bahkan sekarang semangatnya sama denga pemuda 27 tahun untuk mendobrak kemapanan yang memiskinkan Rakyat (sebut nama murid).

Murid: Mantafff  bang…saatnya kita turun ke Jalan lagi bang.

Guru: He he he kita ndak perlu turun kejalanan (sebut nama murid) cukup kita benturkan saja para politikus busuk itu…. sementara kita rangkul (sebut nama instistusi) dengan menunjukan kekuatan system yang kita miliki…!! Kalau mereka mau ikut selamat ndak mau sekalian diselesaikan dengan penuh kehormatan (sebut nama murid).

MURID: Cocok bang..kayaknya (sebut nama instistusi) sekarang sepakat di zona nyaman ngunpuli pundi-pundi dari (sebut nama orang celometan dan sebut satu etnis), dll.

Guru: Kalian yang seperti itu ya harus diselesaikan dengan kehormatan (sebut nama murid)…. supaya (sebut nama orang celometan dan sebut satu etnis) faham negeri ini ada yang memiliki bernama (nama-nama dari berbagai daerah dan suku)…….Yang atas maksud “kalau” ((sebut nama murid).

Murid: Tapi (sebut nama institusi) sudah di zona amankan sama mereka-mereka…Nah tinggal bagaimana kita berharap banyak pada (sebut nama institusi).

Guru: Yang penting kedepan (sebut nama institusi) yang membela (sebut nama etnis) maupun (sebut nama etnis) harus selesai pengabdiannya melawan diselesaikan dengan upacara kehormatan pakai salvo (sebut nama murid) dibawah lipatan Merah Putih.

Murid: Cocok itu bang… Sudah ngeri x hidup dibawah bang….semakin parah kemiskinan.  Tempat berpijak di bumi pun sudah semakin sulit rakyat….

Guru: Karena Merah Putih adalah untuk mensejahterakan, (nama-nama dari berbagai daerah dan suku) dan lain-lainnya suku bangsa asli negeri ini (sebut nama murid). Dan didepan seluruh usaha (sebut etnis tertentu) harus kembali milik bangsa Pribumi

Murid: Kenapa rakyat sudah tak punya Bumi berpijak? Sepertinya gelombang pencarian suaka akan muncul….Rakyat Indonesia akan menjadi migran ke negeri lain…

Guru: Tenang (sebut nama murid) sebentar lagi rakyat negeri ini harus menjadi tuan di negeri nya….

Murid: Sedang dipikirkan solusi untuk rakyat yang digusur-gusur dan tak punya tempat tinggal dikomandoi agar mereka keluar Indonesia dan mencari suaka saja. Karena mereka sudah tak punya marwah dan menjadi pendatang atau pengontrak di Bumi pertiwi ini.

Guru: Sudah jangan risau tunggu saja tanggal mainnya…. siapapun yang sudah menumpahkan tangisan Bangsa ku akan kubuat mereka menangis juga bahkan akan kukeluarkan air mata darah mereka (sebut nama murid).

Murid: Sudah yang hidup diatasnya sedikit menjadi penonton bahkan tak sedikit ikut menjajah kalau mau selamat di Nusantara ini.

Guru: Semua insan yang sudah bertindak jadi (sebut nama penjajah) sipit dan (sebut nama penjajah) coklat pasti kita sikat gantian mereka harus menangis air mata (sebut nama murid).

Murid: Rakyat sudah tak lagi bisa menangis, mereka sudah terlunta-lunta di rumah sendiri yang kaya alam tapi hanya bisa menonton.

Guru: Seluruh pertanda alam berakhirnya kesengsaraan rakyat negeri ku sudah tidak bersamaan denga tibanya hari lahir ku (sebut nama murid).

Murid: Mereka di nina bobokan dengan ongkos bus murah dan harus berada dipinggiran. Mereka tidak boleh ke tengah. (sebut nama institusi) kita malah aman diatas penderitaan rakyatnya. Hari ini adalah momentum untuk rakyat telunta-lunta yang bukan saja menjadi kaum papah tapi sudah tak tahu akan nasibnya, jangankan sebulan, setahun, tapi besok saja mereka tak lagi bisa merencanakan hidupnya.

Guru: Oleh sebab itu negeri ini harus kembali menjadi NKRI…(sebut nama negeri)… dengan penerapan utama Sila tentang Keadilan Sosial Bagi Rakyat Indonesia….baru Sila Musyawarah… kemudian Sila Persatuan.. lanjut Sila Kemanusia… setelah semua terpenuhi dan Rakyat menikmati dia akan merasaka Sila Ketuhanan YME.

Murid: Saat ini keadilan yang tak pernah Adil di negeri ini…karena pengadilan selalu kalah dengan penega hukum lainnya yang lebih banyak dari kantor pengadilan itu sendiri. Mestinya kantor terbesar adalah termega sebagai rumah rakyat yaitu kantor pengadilan (markas) rakyat. Yang lain tak perlu ada (sebut nama institusi) atau apapun lainnya dihapus saja dari Bumi Pertiwi ini bila Markas Keadilan berjalan untuk rakyat!!!!

Guru: Oleh sebab itu pemimpin negeri ini harus memaknai Pancasila itu dimulai dengan memberikan Rasa Keadilan dan Kesejahteraan untuk Rakyat… sebagai Pemimpin wajib membimbing Rakyatnya Bersmusyawarah untuk menemukan Mufakat untuk adil dan sejahtera tadi…. Kemudian Pemimpin wajib Mempersatukan Rakyatnya untuk Mengutamakan Kemanusiannya agar Manusia Mengerti Jalan Pulangnya Kepada TUHAN YME. Seluruh struktur negeri memang sudah saatnya untuk direvolusi (sebut nama murid).

Murid: Keadilan itu saja sudah cukup, tunggal. Gak perlu uang rakyat habis untuk menggaji mereka-mereka yang mengaku pendekar itu.

Guru: Inti manusia adalah menemukan Rasa Keadilan itu… dan itu tepat.

Murid: Jadi harus dirubah, azas tunggal Keadilan.

Guru: Ya sesungguhnya azas tunggal yang benar itu adalah Keadilan bagi seluruh Rakyat Kita.

Murid: Dengan azas tunggal Keadilan maka semua berjalan dgn sistem apapun yang dibuat. Mau agama, budaya, adat bila dikedepankan rasa keadilan maka tidak ada yang namanya SARA.

Guru: Oleh sebab itu sesungguhnya peradaban baru itu nama nya peradaban “KEADILAN UNTUK SELURUH MANUSIA”.

Murid: Gak usah pakai Manusia bang…cukup Keadilan. Kalau ditambah embel dibelakang, ya seperti sekarang ini, Adil buat siapa? Adil untuk pemimpin? Adil untuk (sebut etnis)? Adil untuk yang Berkuasa?.

Guru: Tepat (sebut nama murid) “Adil” saja.

Murid: Siap bang….hehhehe….ntar diklaim (sebut nama partai) lagi hahaha.

Guru: Kalau (sebut nama partai) sebenarnya sudah jelas (sebut nama murid, (sebut alat peraga) yang disamarkan jadi (sebut nama planet)

Guru: Hahhaa…karena itu Adil nya pakai Sejahtera…jadi yang dapat keadilan mereka yang Sejahtera saja. Ha ha ha…. dan sekarang saling rebutan antara yang Sejahtera sama yang mau Adil tadi ha ha ha.

Murid: Pass bang.[sang pencari keadilan]

Share
Leave a comment