Political Will: Antara Kepentingan, Ketakutan dan Keterpaksaan

 TRANSINDONESIA.CO – Political will sebagai suatu niatan baik, kebijakan/keputusan yang diambil secara sadar, bertanggungjawab dan berdaya guna. Dalam birokrasi yang rasional apa yang dikatakan baik dan benar tertulis dalam SOP dan dijadikan acuan normatifnya.

Satu hal yang menjadi prinsipnya adalah pembatasan dan pengawasan kekuasaan/kewenangan. Yang tertulis pada etika kerja dan didukung system-sistem kontrol yang terhubung dalam system elektronik.

Political will tidak bisa semata-mata dari keinginan pembuatnya namun juga ada pengaruh-pengaruh dari internal maupun ekaternal, ini semua tergantung apa dan siapa yang membelenggunya.

Ilustrasi
Ilustrasi

Adu kekuatan, siapa yang mampu mempressure lebih kuat dialah yang akan dominan bahkan mendominasi. Para pemimpin pengambil kebijakkan tatkala terbelenggu maka akan sulit memutuskan mana yang tepat, mana yang baik dan benar.

Political will yang sarat kepentingan, karena keterpaksaan dan ketakutan tentu tidak akan berdaya guna, atau tidak akan menemukan hakekatnya.

Apa saja yang diputuskan atas berbagai tekanan bisa saja malah menimbulkan masalah baru, yang berdampak luas.

Political will akan diikuti dengan berbagai konsekuensi dalam administrasi maupun operasionalnya. Political will dapat dianalogikan sebagai resep bagi penyehatan kehidupan banyak orang. Tatkala dibawah tekanan, kepentingan, ancaman mungkin yang diputuskanya menjadi over dosis, tidak tepat atau malah mematikan.

Tatkala system-sistem dalam berbagai bidang dan di semua lini dikuasai oleh system-sistem patrimonial, cara-cara konvensional dan sarat KKN mungkin political will nya akan tidak memberikan solusi. Mungkin juga menjadi trouble maker.

Adu kekuatan ini akhirnya menjadi ala kawanan/gerombolan siapa kuat dia menang. Sistem keroyokkan yang jauh dari kebijaksanaan. Siapa kawan siapa lawan bisa saja bercampur aduk dalam kepentingan.

Tatkala merasa diabaikan, tidak kebagian, kelompok yang dulu mendukung bisa berbalik mengancam. Demikian juga sebaliknya, tatkala kebagian tidak lagi menyerang dan menjadi kawan.[CDL-15062016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment