Sihir Glamor World Class ternyata Wet Class

TRANSINDONESIA.CO – Sering kali kita mendengar pidato dan slogan-slogan sebagai centre of excellent menuju world class. Ternyata, apa nyatanya? suara world class faktanya wet (nyaut tur luput-dadi ora kena apa-apa) class…?

Perintahnya menuju world class ternyata nyaurinya wet dan itupun luput semua tidak kena apa-apa, jadinya keplengkang- keplengkang.

Anehnya, membenarkan yang keliru dan mematikan yang benar. Mengaku asli ternyata kawe (palsu), yang benar malah jadi salah, yang hebat lagi bukan asli tapi palsu melainkan sudah menjadi asli palsu.

Berdiri mengaku asli ternyata kawe alias palsu, karena penuh dengan kepura-puraan, penuh dengan trik dan intrik tiada ketulusan, buntutnya kepleset. Realitanya bukan semakin kuat malahan sebaliknya semakin lemah saja, tatkala mengikuti world class ya jelas keplengkang- keplengkang.

Harga diri merupakan suatu dasar spirit untuk berjuang tidak mau kalah, tidak mudah menyerah, malu melakukan hal-hal yang bukan semestinya. Menuju world class diperlukan suatu harga diri yang tinggi, bangga atau mampu menunjukan prestasi dan keunggulannya bukan lagi hanya lips service atau asal ndoro senang.

Pamer keahlian, kemajuan teknologi, prestasi dan berbagai proses perubahan menuju kebaikan, tidak ada lagi seremonial-seremonial yang bagai mengobati pusing dengan balsem. Saat digosok balsem ada rasa hangat pusingnya hilang sesaat, tatkala hangatnya hilang ya pusing lagi.

Ilustrasi
Ilustrasi

Faktanya kita sering melihat program dan unggulan hanya sesaat ala menggosok balsem sekali saja. Wet class menunjukan kelas pecundang bukan pemenang karena akan banyak endo saja dan saling menyalahkan, pemikiran dan hatinya bagaimana meraup keuntungan bagi pribadi dan kroninya.

Sikap-sikap wet class inipun suka dengan yang penuh tipu daya rekayasa yang semua semu tidak mengakar serta sebagai refleksi cepatnya cara berfikir. Wet class memang sudah semestinya ditinggalkan bahkan kalau perlu diharamkan karena ini menabur benih cancer dimana-mana yang akan membunuh, bukan hanya dirinya dan kroninya melainkan banyak orang dari generasi sekarang maupun yang akan datang.[CDL-02022016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment