Sepeda Bambu Erba Cycle

TRANSINDONESIA.CO – Di dunia yang terobsesi dengan produk massal dan murah, Randall Levere – penggemar sepeda dan pendiri Erba Cycles – memproduksi sepeda buatan tangan yang tak hanya bergaya tetapi juga ramah lingkungan.

Dia adalah satu dari beberapa orang yang percaya dengan kekuatan bambu di AS, Eropa dan Asia yang mencoba membangun fondasi untuk The Next Big Thing dalam dunia sepeda.

“Saya melihat merek seperti Tesla dan ingin berpikir tentang diri saya dengan cara seperti itu,” kata Levere, lulusan teknik struktur di Worcester Polytechnic Institute. “Tesla membuat mobil yang indah yang lebih sadar lingkungan dan menawarkan performa yang bagus. Saya membangun versi yang jauh lebih sederhana dari itu.”

Industri pembuatan sepeda dari bambu termasuk industri kecil: lebih seperti asteroid dibandingkan Jupiter.

Pionir rangka sepeda berserat karbon Craig Calfee, sekaligus pemilik Calfee Design berbasis di California, memproduksi sepeda bambu. Dia juga mengajarkan orang di Ghana untuk membuat sepeda bambu dan mendirikan perusahaan untuk memasarkannya bernama Bamboosero.

Panda Bicycles dan Boo Bikes di Fort Collins, Colorado; Stalk Bicycle di Oakland, California; dan WebbWorks di Greencille, South Carolina, melengkapi daftar perusahaan-perusahaan berbahan bambu di AS.

Di tempat lain, produsen sepeda bambu antara lain Bambolution di Belanda, Bamboocycles di Meksiko, Bambike Company yang berbasis di Filipina, dan Bamboobee di Singapura.

Tetapi, walau jumlah manufakturnya terbilang kecil dibandingkan pasar sepeda pada umumnya, Levere, yang membuat prototipe pertamanya pada 2010, merasakan ada pertumbuhan minat.

“Pengunjung situs saya perlahan naik selama tiga tahun terakhir dan saya bisa mengatakan bahwa para pengunjung situs ini menggunakan kata kunci ‘bambu’ atau ‘sepeda bambu’ untuk mencari tahu,” katanya. “Tiga atau empat tahun lalu, mereka mungkin tidak terpikir untuk mencari sepeda bambu.”

Apa yang luar biasa dari bambu ini? Perpaduan yang menarik antara kekuatan, ramah lingkungan, dan sensualitas. Bambu sangat ringan tetapi tetap menawarkan kekuatan tegangan yang lebih daripada baja – dan dia juga bisa mengurangi guncangan dan getaran dengan lebih baik.

“Bambu yang saya gunakan berusia tiga tahun, dan itu cukup tebal,” kata Levere, yang membeli persediaannya dari Georgia, Florida atau Vietnam.

“Mereka menggunakan bambu untuk bahan bangunan di Asia dan Anda melihat itu bisa mencapai ketinggian 60 lantai. Saya rasa saya tidak pernah mematahkan bambu dalam semua percobaan yang saya lakukan.”

Bambu adalah tumbuhan yang paling cepat berkembang, dan sejumlah spesies bisa mencapai ketinggian 35 inci dalam 24 jam. Inilah yang membuatnya tidak akan habis, atau dengan kata lain: berkelanjutan.

Erba Cycle
Erba Cycle

Dan bambu tumbuh kembali setelah dipanen, tanpa butuh penanaman kembali.

Untuk perakit sepeda, ini adalah anugerah karena hanya membutuhkan beberapa batang saja untuk membuat sepeda.

“Saya menggunakan serat rami atau serat lenan untuk membuat rangkaian,” jelas Levere. “Saya membasahinya dengan lem (sejenis epoxy resin) dan membungkusnya dalam sebuah pola. Saya memiliki jadwal pembungkusan yang dikembangkan lebih dari satu tahun. Dan epoxy resin dibuat dengan hasil sampingan pulp dan kertas, sehingga rangkanya sangat ‘hijau’.”

Walau proses Levere menawarkan banyak niat baik, ia tidak memiliki delusi tentang dampaknya secara keseluruhan. “Ini tidak akan menyelamatkan planet ini,” Levere mengakui. “Tapi itu menjadi langkah kecil ke arah yang benar – ditambah lagi, ini adalah sepeda yang memiliki performa lebih baik.”

Sepeda Erba juga membuktikan bahwa faktor lama dan baru bisa diseimbangkan dengan tepat: retro tapi kasar, masuk akal namun bergaya. Ini lebih ditujukan untuk penduduk kota dibandingkan para pesepeda jarak jauh di akhir pekan – orang yang menghargai dan akan membayar untuk keistimewaan.

Bahkan model yang tidak terlalu mahal – sepeda kota yang menjadi model paling laris di Erba – dibandrol dengan harga US$3.000 di AS (lebih dari Rp40 juta). Tetapi, seperti yang dikatakan filsuf Thomas Paine, apa yang kita dapatkan dengan murah, kadang kita hargai dengan terlalu rendah juga.

“Produk ini bukan untuk semua orang,” kata Levere. “Saya mengibaratkannya seperti membeli perahu kayu atau perahu berbahan serat kaca. Anda harus melihat nilai dan hal apa yang membuat orang tertarik.”[Bbc/Nov]

Share
Leave a comment