Segerhana yang Penuh Terencanda

TRANSINDONESIA.CO – Segerhana yang penuh terencanda meminjam istilah pak Aminoto dosen UGM yang senang memplesetkan dan memparodikan kalimat-kalimat menjadi banyolan, sindiran dengan istilah mlethonya.

Segerhana sebenarnya apresiasi atas kebersahajaan yang walaupun sederhana namun membuatnya segar dan tetap berwibawa.

Justru kesederhanaan inilah kekuatan yang menyegarkan karena ketulusan, kerelaan, keikhlasan dan kalau istilah mas Yoyok psikolog yang asesor mengatakan, sampai nggetih.

Kecintaan dan kebanggaanya sangat luar biasa tanpa tetapi, tanpa embel-embel yang maknanya tidak pamrih. Kesegerhanaan ini memang tatkala terencanda dapat dimaknai dengan guyon maton, kesederhanaanya bukan supaya dibilang wuah, atau kesegerhanaannya menjadi topeng munyukan saja melainkan terencana yang dibuat dengan penuh kesadaran dan dg riang gembira.

Ilustrasi
Ilustrasi

Candaan menyehatkan dan membuat terang pikiran, mewaraskan yang sudah mulai gila dan menguatkan bagi yang sudah mulai bosan letih lesu bahkan mendekati putus asa.

Birokrasi yang waras penuh dengan kesederhanaan, tulus, tanpa pamrih, kesegerhanaannya penuh canda tawa ceria dan kekuasaan kewenangan, bukan alat ngarit untuk mengumpul dan menumpuk harta.

Candaan menyehatkan dan membuat nalar terus berjalan agar tidak terjebak pada system-sistem kepura-puraan, tipu dan copy paste serta bukan untk membabu kepada ndoronya saja.

Tetapi waras segar dan tahan uji untuk memberikan pelayanan prima dengan tanpa tetapi (grup/kroni/link/lingkaran atau bukan), tanpa ning (mbayar/ora) dan sebagaianya.

Kesegarhanaan dengan terencanda membuat birokrasi adil waras wiris dan tidak ada lagi spirit mencari pesugihan.

Bagi orang awam pesugihan bisa berkolosi dengan setan atau memelihara thuyul, bagi birokrat dengan memuja jabatan dan kekuasaan.(CDL-23012016)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment