Angin Kencang, 1 Warga Bantul Tewas Tertimpa Atap Rumah

TRANSINDONESIA.CO – Seorang warga pedukuhan Kaligawe, Desa Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Hadi Pariman, meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan atap rumah yang roboh diterpa angina kencang saat hujan deras pada Minggu (24/1/2016).

Camat Bantul, Endang Rahmawati, mengatakan robohnya rumah tersebut usai diguyur hujan deras disertai angin kencang yang terjadi beberapa jam sebelumnya hingga mengakibatkan penghuni rumah meninggal.

Ia mengatakan, rumah yang ditinggali Hadi Pariman (95) bersama istrinya Juminem itu merupakan salah satu dari seratusan rumah tidak layak huni (RTLH) di kecamatan Bantul, sehingga kemungkinan besar rumah tidak kuat diterjang angin kencang.

“Di wilayah kecamatan Bantul masih ada sebanyak 125 rumah tidak layak huni, sehingga kami imbau pemilik rumah mewaspadai di musim seperti ini (hujan),” kata Endang di Bantul, Senin (25/1/2016).

Sementara itu, tetangga korban, Minto mengatakan, peristiwa robohnya rumah dan menimpa dua penghuni rumah tersebut terjadi pada Minggu (24/1) sekitar pukul 18.30 WIB setelah daerahnya diguyur hujan deras disertai angin kencang.

Angin puting beliung. (dok)
Angin puting beliung. (dok)

“Waktu itu sore sekitar jam 17.00 WIB terjadi hujan campur angin, waktu maghrib (sekitar pukul 18.00 WIB) sudah reda, namun sekitar pukul 18.30 WIB rumahnya ambruk, dan menimpa dua penghuni rumah,” katanya.

Menurut dia, penghuni rumah Hadi Pariman meninggal dunia akibat luka parah pada bagian organ dalam karena tertimpa reruntuhan atap rumah, sementara Juminem mengalami luka pada bagian kepala dan harus menjalani perawatan.

“Yang mbah lanang (kakek) meninggal, mbah wedok (nenek) selamat namun diperban di kepalanya, mereka yang paling tua di sini. Mbah lanang sempat dibawa ke rumah sakit untuk, namun terus pulang, dan pagi tadi pukul 05.30 WIB meninggal,” katanya.

Menurut dia, saat peristiwa memang tidak terjadi hujan maupun angin kencang, namun karena rumah semi permanen yang sebagian konstruksinya berupa anyaman bambu itu tidak kuat menahan angin kencang dan hujan deras sebelumnya akhirnya roboh.

“Rumahnya dibangun setelah gempa 2006, saat kejadian sudah tidak ada hujan, mungkin saat diterjang angin kencang rumahnya doyong karena pondasi tidak kuat, kemudian ambruk,” katanya.(Ant/Ats)

 

Share
Leave a comment