Angka Kematian Bayi di Papua Tiga Kali Lipat Dari Jakarta

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Pemerintah Indonesia berhasil menurunkan angka kematian balita hingga dua pertiganya, namun angka kematian bayi di Papua tiga kali lipat dibanding Jakarta.

Dalam laporan Promise Renewed: 2015 Progress Report yang dikeluarkan oleh badan PBB untuk urusan anak-anak, UNICEF, Indonesia kini mencatat 27 kematian balita per 1.000 kelahiran, menurun tajam dari angka tahun 1990 yang tercatat pada 84 kematian per 1.000 kelahiran.

Laporan ini memasukkan Indonesia dalam 24 dari 81 negara berpendapatan rendah dan menengah yang berhasil menurunkan angka kematian anak berusia dibawah lima tahun hingga dua-pertiganya – yang merupakan sasaran nomor empat dari Tujuan Pembangunan Milenium.

“Menyelamatkan nyawa jutaan anak adalah salah satu pencapaian terbesar Indonesia dalam 25 tahun terakhir,” kata Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia Gunilla Olsson, dalam rilisnya.

Dilihat dari sudut lain, penurunan angka kematian balita ini berarti lebih dari lima juta anak Indonesia diselamatkan dari kemungkinan meninggal dunia jika angka kematian tetap seperti pada level di tahun 1990.

Pada 1990, diperkirakan sebanyak 395.000 anak di Indonesia meninggal sebelum sempat merayakan ulang tahun yang kelima. Angka itu berkurang hingga tinggal 147.000 orang pada tahun 2015.

“Tapi masih ada 150.000 anak Indonesia yang meninggal setiap tahun sebelum merayakan ulang tahun mereka yang kelima,” tambah Gunilla Olsson pula.

“Hal itu tidak bisa diterima.”

Lebih dari itu, data menunjukkan angka kematian bayi di pelosok jauh lebih tinggi.

“Angka terbaru ini juga menyembunyikan tingginya disparitas di kepulauan yang luas ini. Data yang ada menyatakan bahwa kematian anak di Papua tiga kali lebih tinggi dari di Jakarta.”

Untuk menurunkan angka kematian anak lebih banyak lagi, katanya, kita harus membahas penyebab-penyebab kematian anak yang lebih rumit.

Hampir separuh dari kematian balita terjadi pada satu bulan pertama setelah kelahiran, dan biasanya terkait dengan komplikasi akibat kelahiran prematur, asfiksia dan infeksi parah.

Hal lain, anak-anak Indonesia menghadapi berbagai masalah lain sebelum mereka berusia lima tahun.

Data menunjukkan, sepertiga anak Indonesia tumbuh kerdil akibat menderita kekurangan gizi kronis.

Akhir bulan ini, 193 negara akan bertemu di Markas Besar PBB di New York dan menyepakati Sustainable Development Goals (SDGs, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)) – sebuah peta jalan baru untuk kemajuan manusia dalam 15 tahun mendatang. Salah satu sasarannya adalah menjadikan angka kematian balita menjadi paling tinggi 25 bayi per 1.000 kelahiran di setiap negara pada 2030.(Rel/Kum)

Share
Leave a comment