Lips service

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Kesungguhan, ketulus hatian untuk memperbaiki, membangun, meningkatkan kualitas hidup masyarakat sulit ditemui, apalagi kalau sudah dikuasai kepentingan-kepentingan.

Semuanya akan seremonial dan sebatas lips service. Mengapa dpt dikatakan demikian? Retorika menjadi utamanya, dan menjadi NATO (no action talking only).

Lihat saja di media, pidato, janji-janji kampanye, program-program yang ditawarkan tetap saja isinya bualan-bulanan semata. Selesai acara pulang bersama dan tidak juga dikerjakan sampai pada acara pidato selanjutnya diucapkan lagi.

Para pakar, pengamat, LSM, media dan Ormas bahkan para tokoh-tokohpun kerasukan ngobos (lebay). Tatkala mereka keduman juga, ya habis sudah tinggalah kenangan yang namanya perjuangan.

Kemajuan-kemajuannya sangat minim dan enggan sepertinya memperbaiki atau memangkas penyimpangan-penyimpangan. Sistem tidak pernah dibangun sempurna dan dijadikan proyek rayahan.

Lips service menjadi beban, menabur harapan tanpa kenyataan. Apa yang dikatakan atau dijanjikan menjadi bualan-bualan saja, bahkan tak lagi menjadi sebuah kekuatan dan menjadi cemoohan. Penabur tanpa wibawa, janjinya hampa sebatas kata-kata tanpa tindakan nyata.(CDL-Jkt020615)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment