‘Dari Jakarta Riau Kaya Tapi Kenyataannya Masih Tertinggal’

Kawasan pesisir Riau yang masih memerlukan perhatian khusus dalam pembangunan.(doK)
Kawasan pesisir Riau yang masih memerlukan perhatian khusus dalam pembangunan.(doK)

TRANSINDONESIA.CO – Pelaksana tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman membenarkan masih memiliki pekerjaan rumah cukup berat untuk membenahi kondisi infratruktur daerah pesisir sehingga membutuhkan dukungan semua pihak untuk mewujudkannya.

“Dari Jakarta orang melihat Riau sebagai daerah yang kaya, tapi kalau coba di zoom lebih dekat maka akan kelihatan bahwa kita masih banyak kekurangan di daerah pesisir, di infrastruktur, sarana kesehatan, pendidikan dan masalah lahan,” kata Arsyadjuliandi Rachman di Pekanbaru, Jumat (19/6/2015).

Politisi Partai Golkar yang akrab disapa Andi Rachman ini mengatakan dirinya terus mendorong agar pemerintah pusat memberikan porsi dana pembangunan yang lebih besar untuk infrastruktur daerah pesisir. Pada awal masa pemerintahan Gubernur Annas Maamun, yang kini nonaktif karena menjadi terdakwa kasus korupsi, Pemprov Riau mendorong pembangunan jembatan untuk menghubungkan wilayah Kabupaten Bengkalis di daratan dan kepulauan.

Namun, rencana itu kandas seiring dengan “karamnya” karier politik Annas Maamun yang kini menjadi pesakitan di Pengadilan Tipikor. Meski begitu, Andi Rachman selaku penerus menyatakan pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan telah menjanjikan bantuan dua kapal “Ro-Ro” (roll on-roll off) untuk pesisir Riau.

“Cita-cita jembatan belum dapat, sekurang-kurangnya ada dua Roro dari Kemenhub untuk menyambung beberapa Pulau di Bengkalis dan Kepulauan Meranti, tapi ini saja tidak cukup,” katanya.

Berdasarkan pantuan Antara, infrastruktur yang sangat kurang untuk menuju Pulau Bengkalis membuat arus transportasi kerap macet akibat antrean kendaraan yang bisa mencapai 3-6 jam saat hari sibuk. Sebabnya, untuk menuju Ibu Kota Bengkalis di pulau yang terpisah dari daratan hanya terdapat satu pelabuhan.

Meski pun kini sudah ada empat kapal Roro yang beroperasi, namun kemacetan panjang tetap tidak terhindari. Selain itu, kondisi kelistrikan di daerah dengan APBD mencapai Rp8 triliun itu juga masih sangat memprihatinkan.

Dengan status Bengkalis sebagai daerah penghasil minyak terbesar di Riau, bahkan di Indonesia, kondisi masyarakat terkait layanan listrik masih jauh dari memuaskan karena kerap terjadi pemadaman listrik tak terjadwal.

Kondisi ini diakui oleh Bupati Bengkalis Herliyan Saleh saat menerima kunjungan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro pada Selasa (16/6) lalu. “Infrastruktur Bengkalis memang masih kurang, baru bisa dipenuhi 40 persen,” katanya.

Ia mengatakan kekurangan infrastruktur lainnya adalah pada penyediaan air bersih. Pemerintah daerah sudah memiliki perusahaan daerah air minum, tapi masyarakat masih kesulitan air bersih karena kurangnya sumber air baku di daerah itu.

Selain itu, ia mengaku kondisi kelistrikan masih menjadi masalah meski rasio elektrifikasi di Bengkalis naik secara signifikan.

“Listrik mulai meningkat dari 40 persen ke 90 persen,” ujarnya.(ant/ful)

Share
Leave a comment