Dendam: Tak Pemaaf, Penuntut Balas

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Iri, dengki adalah akar ketidak bahagiaan. Beban hidup semakin berat tatkala tidak mampu memaafkandan terus berkeinginan menuntut balas. Hati memang tak nampak namun ia dapat di rasa, disitulah manusia mengendalikan diri.

Pengendalian diri yang tak teratasi akan menunjukan aku isme yang tersentral pada dirinya. Aku isme akan menjalar pada sifat iri dan dengki, rasa yang tidak adil, ingin mengambil dan memiliki lebih dari apa yang semestinya dimilikinya.

Tatkala ada yang bertentangan, berseberangan, mengingatkan marah dan timbulkan emosi. Tatkala tidak tersalurkan terus saja mengendap dan menumpuk dalam bara dendam.

Dendam menjadi sesuatu yang membuat tidak bahagia, tidak mampu mensyukuri dan parahnya lagi tidak mampu memaafkan dan didorong hasrat ingin membalas.

Dendam sumber konflik pribadi, komunal hingga sosial. Hati yang pemaaf adalah hati yang bergembira, mampu melepas beban berat atas hidup karena rasa iri dan dengki. Keinginan-keinginan kedagingan manusia begitu besar hingga melupakan berkat nikmat kasih karunia Tuhan.

Iri dengki akar dari keserakahan, yang membuat manusia melupakan jati dirinya dan tidak berbahagia. Iri dan dengki membuatnya tidak mampu mensyukuri, membuat beban dalam hidupnya, mendorong terus melakukan perlawanan, pertentangan, hasarat membalas yang tak pernah padam.

Hati siapa tahu tatkala tidak mampu memaafkan sampai kapanpun ia terus akan dililit hasrat iri dan dengki, terus terbebani rasa-rasa ingin membalas dendam.

Hati yang berbahagia adalah hati yang penuh syukur, mampu memaafkan , mematahkan belenggu iri, dengki dan dendam. (CDL-Jkt210515)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment