Pengalaman Iman

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Pengalaman iman bagi orang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan suatu pengalaman rohani dalam hidup seseorang saat dirinya merasakan ada sentuhan dari Tuhan, pengalaman dicintai Tuhan bahkan tatkala bertemu Tuhan.

Pengalaman iman setiap individu bervariasi dari : 1. Dikabulkanya doa dan permohonan, 2. Ada solusi saat kesusahan, 3. Ada kesembuhan disaat sakit, 4. Ada jalan keluar di saat tersesat dalam hidupnya, 5. Selamat dari petaka,6. Tersentuh saat melihat hidup dan kehidupan orang lain yang menderita, 7. Diberi kesempatan melihat kemuliaan Tuhan baik dari dirinya maupun orang lain, 8. Mendapatkan penglihatan atau petunjuk-petunjuk yang dapat dikategorikan baik dan benar secara langsung maupun dari mimpi, 9. Bertemu dan berkomunikasi dengan malaikat Tuhan, leluhur, atau dengan siapa saja yang telah meninggal dunia, 10. Doa yang didasarkan kepada Tuhan saat menderita atau  kesusahan, dan sebagainya.

Pengalaman iman bisa digunakan sebagai kesaksian ataupun sharing dengan komunitas-komunitas yang dapat saling menginspirasi.

Pengalaman iman yang disertai dengan syukur merupakan inspirasi dan soft power pembangkit kesadaran dan tanggungjawab.

Pengalaman iman dapat menjadi acuan gerakan moral upaya pembedayaan perubahan mind set.

Pengalaman iman semestinya ditulis atau dibukukan sebagai bahan referensi yang mampu menstimuli, menggerakan dan menginpirasi.

Merefleksi pengalaman iman dapat sebagai pelajaran hidup,  penggerak hati dan dasar moralitas untuk semakin humanis.

Memahami hidup sebagai sebuah anugerah yang patut disyukuri. Kemampuan mensyukuri apa yang ada merupakan produk hati yang gembira dan jiwa yang sehat.

Mengeluh merupakan produk hati yang luka dan jiwa yang sakit, akibat iri, dengki, menuntut dan tidak pernah ada rasa cukup.

Hati yang luka dan jiwa yang sakit akan mendorong pada perilaku-perilaku yang kontra produktif dan menjauh dari sikap yang humaanis.

Ketidak mampuan menemukan pengalaman iman dalam hidup merupakan kekeringan penghayatan dalam menempuh peziarahan hidup di dunia. Orang yang tidak memahami akan pengalaman iman empatinya diragukan. Ia tidak akan pernh mau dan tidak akan pernah bisa memahami orang lain.

Kehendaknya, keinginanyalah yang dianggapnya paling benar disinilah awal muncul egoisme dan arogansi dari seseorang.

Tatkala merasa dirinya lebih tinggi, paling benar, paling pintar dan paling-paling yang lain maka pudarlah yang namanya bijaksana.

Jika dalam hidup seseorang tiada upaya menuju suatu kebijaksanaan maka arah hidup akan berbelok pada arah  kejahatan.

Orang-orang yang terlelap dalam kejahatan dan menjadi orang jahat hidupnya akan gelisah, takut akan sesuatu yang dikarenakan ada kekhawatiran akan sesuatu.

Kegembiraan-kegembiraan yang dibuatnya hanyalah semu, rapuh dan sebagai penambal luka hatinya yang semakin dalam. Ia akan terjebak dalam rimba materiaalistis dan kecanduan gaya hidup yang hedonis.

Penghargaan akan manusia akan semakin menipis, tentu saja penuh kepura-puraan dan dipastikan tiada ketulusan.

Menemukan, memahami dan mampu memanfaat pengalaman batin dalam hidup dan kehidupan merupakan proses edukasi. Yang harus dilatihkan melalui meditasi, refliksi diri, kontemplasi dan pendarasan akan doa.

Hati harus mau terbuka menerimaa sentuhan dan sapaan Tuhan. Tatkala hati mengeras dan menutup bagai kerang yang direbus dengan air dingin maka tiada kepekaan dan tiada lagi kepedulian akan hidup dan kehidupan.

Segala daya yang ada padanya tatkala diarahkan pada hal yang jahat maka kembali lagi manusia akan memangsa sesamanya.

Hati yang gembira dan jiwa yang sehat akan mampu mengendalikan diri dari sifat dan sikap iri, dengki. Dan yang lebih penting lagi adalah mampu mensyukuri.

Kemampuan memahami pengalaman iman dan mampu mengimplementasikan dalam hidup dan kehidupanya akan menguatkan iman dan meluruskan jalan hidupnya yang penuh rasa syukur. Yang akan menuntunya kepada yang diimaninya yaitu, Tuhan Yang Maha Esa.(CDL-291214)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment