24 Tahun 6 Kecamatan Di Jambi Tak Dialiri Listrik

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Warga enam Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, sudah 24 tahun hidup tanpa penerangan listrik PLN, dan itu mengemuka setelah ribuan warga melakukan aksi demo di kantor SKK Migas Perwakilan Sumbagsel, di Jambi, Senin (24/11/2014).

Enam Kecamatan di Tanjabbarat yang belum dialiri listrik yakni, Kecamatan Tebing Tinggi, Tungkal Ulu, Merlung, Batang Asam, Renah Mendaluh dan Muara PapaliK. Mereka mendatangi SKK Migas untuk mempertanyakan izin operasi Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) yang dibangun di desa Purwodadi, Kecamatan Tebing Tinggi. Keberadaan PLTMG ini satu-satunya harapan warga untuk bisa menikmati terangnya lampu dari PLN.

Kepala desa Purwodadi, Kecamatan Tebing Tinggi, Suwarno, ketika dikonfirmasi mengatakan, jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Tebing Tinggi sekitar 34 ribu KK, semuanya belum pernah menikmati penerangan listrik. Kata Kades, penderitaan ini sudah mereka rasakan sejak 24 tahun lalu.

“Kami sudah 24 tahun belum menikmati listrik, kami juga anak bangsa butuh perhatian pembangunan. Dibangun PLTMG di Purwodadi tetapi tidak kunjung dioperasikan, padahal kami sudah berharap penerangan dari PLTMG itu,” kata Suwarno.

Harapan penerangan dari PLTMG itu sangat beralasan, sebab penerangan yang mereka dapat selama ini adalah dari mesin-mesin diesel. Mereka hanya menikmati malam hari saja dengan cost per bulan melebihi pembayaran PLN.

“Bayangkan, setiap bulan kami harus mengeluarkan Rp500 ribu/bulan hanya untuk membayar tagihan diesel, itu pun hanya malam saja. Rp500 ribu untuk dua bola lampu dan satu TV saja, jika pemakaian lebih dari itu pembayarannya pasti lebih,” ujarnya.

Koordinator Aksi, Delius mengatakan, penderitaan warga enam Kecamatan ini sepertinya tidak masuk akal, apalagi warga Kecamatan Tebing Tinggi, sebab Kecamatan ini merupakan Kecamatan penghasil terbanyak Sumber Daya Alam seperti gas dan minyak. Selain itu Kecamatan Tebing Tinggi juga mempunyai perkebunan sawit dan HTI.

“Kabupaten Tanjabbar penghasil terbesar di Provinsi Jambi dan Kecamatan Tebing Tinggi penyumbang hasil bumi terbanyak begitu juga dengan perkebunan dan HTI. Kecamatan Tebing Tinggi ini paling banyak menghasilkan pajak untuk Negara, tetapi kenapa hidup kami masih belum sejahtera, kami minta listrik PLTMG untuk enam Kecamatan segera dioperasikan,” teriak Delius.

Delius juga mengatakan bahwa beban biaya satu rumah di enam Kecamatan Rp500 ribu. Harga itu belum termasuk hitungan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harga baru saja naik. Biaya perbulan itu untuk dua buah lampu dan satu TV kecil.

“Penderitaan warga lengkap dengan naiknya harga BBM, kesejahteraan dan daya beli di enam Kecamatan menurun. Dengan Rp500 ribu/bulan itu jika untuk pembayaran PLN saya rasa warga mendapat pasokan listrik yang sangat luar biasa,” katanya.

Ribuan warga perwakilan enam Kecamatan di Tanjabbar ini mendatangi kantor SKK Migas mempertanyakan izin pasokan gas dari PT PDE dengan pihak PLN, mereka menganggap proses operasional PLTMG itu terlalu lama dan berbelit-belit.

Aksi yang mereka lakukan juga atas ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah Kabupaten Tanjabbar, sebab Bupati Tanjabbar mengaku sudah kewalahan mengurusi PLTMG ini.(ant/dri)

Share
Leave a comment