Devisa Karet Sumut Turun

Seorang ibu tengah menderes untuk mengambil getah karet.(Don)
Seorang ibu tengah menderes untuk mengambil getah karet.(Don)

TRANSINDONESIA.CO – Sumatera Utara (Sumut) sampai  Agustus 2014 sudah mendapatkan devisa dari ekspor karet dan barang dari karet sebesar 1,034 miliar dolar AS di tengah anjloknya harga jual komoditas itu akibat krisis global.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono mengatakan, devisa dari karet Sumut hingga Agustus yang sebesar 1,034 miliar dolar AS itu turun 28,31 persen dari periode sama tahun lalu yang sudah mencapai 1,442 miliar dolar AS.

Nilai ekspor karet yang turun itu bukan hanya pengaruh harga jual, tetapi juga dipicu penurunan volume ekspor sebagai dampak krisis global.

“Disayangkan terjadi penurunan penerimaan dari karet, karena komoditas itu dan kelompok barang lemak dan minyak hewan nabati itu tetap menjadi andalan utama devisa ekspor Sumut,” kata Wien  di Medan.

Dewasa ini saja misalnya di tengah anloknya penerimaan dari karet itu, kelompok barang tersebut masih memberikan kontribusi kedua terbesar dalam devisa Sumut dengan persentase sebesar 16,45 persen.

Adapun kontribusi terbesar masih tetap dari golongan lemak dan minyak hewan/nabati yang sebesar 42,82 persen.

Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, mengatakan, volume ekspor karet anggota Gapkindo Sumut hingga Juli 2014 sudah turun 9,64 persen atau tinggal 270, 425 ton.

Penurunan volume ekspor itu semakin memperparah penerimaan devisa yang disebabkan anjloknya terus harga ekspor.

“Oleh karena itu Gapkindo sudah membuat surat edaran meminta eksportir berhati-hati atau mewaspadai kontrak baru di triwulan IV ini agar tidak merugi lebih besar dan bersama-sama membantu meningkatkan harga jual,”katanya.

Imbauan yang ditandatangani Ketua Umum Daud Husni Bastari untuk berhati-hati menandatangani kontrak baru itu sudah dikeluarkan 26 September 2014 Menurut Edy, DPP Gapkindo menilai imbauan itu sangat penting setelah melihat fakta di lapangan bahwa sebagian eksportir anggota asosiasi itu melakukan kontrak dagang dengan harga di bawah 1,5 dolar AS per kg dengan dalih khawatir merugi lebih besar dengan melihat tren harga yang masih terus melemah.

Padahal dengan mengacu pada adanya tendensi penurunan stok karet dunia serta proses gugur daun yang masih terus berlangsung, ada harapan harga naik.

Pada tanggal 9 Oktober misalnya, harga karet TSR 20 untuk pengapalan November di bursa Singapura ditutup 1,444 dolar AS per kg atau naik sedikit dari harga di posisi 8 Oktober yang masih 1,431 dolar AS per kg.

“Mudah-mudahan harga bisa bergerak naik terus karena harga yang terjadi dewasa ini sudah jauh di bawah harga normal,”katanya.(ant/don/sur)

Share
Leave a comment