TRANSINDONESIA – Lembaga Pendidikan (Lemdik) merupakan wadah untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkarakter sebagai petugas-petugas kepolisian yang profesional, cerdas bermoral dan modern.
Lemdik mendidik dan menanamkan nilai-nilai luhur sebagai petugas kepolisian untuk penjaga kehidupan, pembangun peradaban sekaligus pejuang kemanusiaan.
Dalam model e-Policing pada Lemdik dapat dimulai dari Akademi Kepolisian (Akpol) sebagai centre of excellent menuju world class police academy, dikembangkan berbasis pada ilmu kepolisian.
Ada Sembilan (9) hal-hal mendasar yang menjadi critical point untuk diperbaiki dan dipersiapkan, yakni:
1. Taruna/Taruni (sebutan siswa-siswi Akpol) bukan calon jenderal tetapi calon polisi yang baik dan bekerja dengan profesional, cerdas, bermoral juga modern. Sebagai calon-calon pemimpin Polri yang baik (semua lini), pemimpin yang transformatif, yaitu sadar dan bertanggungjawab untuk: (a). Belajar dan memperbaiki kesalahan masa lalu, (b). Siap dimasa kini, (c). Mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik bagi institusi.
2. Sistem pendidikan yang membangun karakter polisi dilandasi dengan ilmu kepolisian dengan spirit kesadaran dan tanggung jawab maupun disiplin.
3. Pola pendidikan yang mengajarkan taruna/taruni menjadi kritis, cerdas, kreatiif dan mampu /layak diunggulkan, serta tahan uji (sebagai patriot bangsa, agen-agen perubhan diera digial)
4. Program-program yang dibangun/diterapkan adalah unggulan yang mencerminkan semangat tindakan anti korupsi, reformasi birokrasi dan mampu melakukan terobosan-terobosan kreatif serta inovatif.
5. Para pengasuh, pembina maupun dosen (pengajar) harus mampu menjadi role model atau ikon perubahan dan kemajuan bagi para taruna/taruni.
6. Standar pendidikan haruslah menuju world class police academy yang mampu menjadi centre of excellent, berbasis pada kompetensi, teknologi, moralitas sebagai polisi yang mampu menjadi penjaga kehidupan, pembangun peradaban dan pejuang kemmanusiaan.
7. Pola pembelajaran dibuat dengan model: (a). Pemahaman, pengembangan teori dan konsep-konsep me4nujang pembelajaran. (b). Pemecahan masalah dalam model implementasi tugas-tugas administrasi maupun operasionalnya. (c). Pengkajian atau studi kasus atas keberhasilan, kegagalan polisi dalam bertugas yang didukung dengan dan melalui labortorium sosial.
8. Pola-pola pengasuhan/pendidikan non-akademik yang mencakup: keeagamaan, spritualitas, fisik/olahraga, seni, budaya adalah untuk membagun karkter dan menanamkan budaya kepolisian.
9. Gaya hidup seorang polisi (life style) mencakup: spiritual dan keagamaan, kesehatan, keselamatan jasmani serta pola hidup lainnya.
Hal-hal tersebut, hasil didiknya diharapkan mampu menjadi pemimpin yang:
(1). Memiliki komitmen dan integritas, (2). Visioner, (3). Mampu berpikir secara holistik dan sistemik, (4). Mampu melakukan perubahan yang signifikan dan membawa kemajuan, (5). Berani mngambil keputusan dan resiko, (6). Mampu menginspirasi (tidak membuat anak buah/bawahan sulit), (7). Mampu memberdayakan, (8). Mampu memotivasi dan menjadi konsultan, (9). Patut dibanggakan dan diunggulkan (otak, otot dan hati nurani).
Sipirit pendidikan bagi Taruna Akpol adalah dengan membangun karakter berkeunggulan: “Bhayangkara Brata Dedikasi Sejati” yang djabarkan sebagai berikut:
1. Bra: beriman, bertaqwa terhadap TuhanYME
2. Ta : cinta tanah air
3. De: demokrasi
4. Di : disiplin
5. Ka: kerja keras
6. Si : profesional
7. S: sederhana
8. E : empati
9. J : jujur
10. A: adil
11. T: teladan
12. I : integritas
Pendidikan, merupakan proses yang tidak boleh dilakukan dengan cara-cara: instan, penuh kepura-puraan, kecurangan apalagi sampai mengabaikan nilai-nilai moral.
Sejalan dengan pemkiran diatas, untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan Akpol, dengan mengembangkan Sistem Informasi Akademi Kepolisian (SIAK) yang dibangun berbasis ilmu dan teknologi (IT) secara online.
SIAK adalah wadah dan sistem yang merupakan back office pendukung dari penyelenggaraan pendikan yang merupakan sisem-sistem terpadu untuk:
1. Menjembatani, mengharmonisasi berbagai bagian dan bidang pengajaran
2. Sebagai data base yang komprehensif, berkaitan dengan pendidikan dan ilmu kepolisian
3. Tempat menganalisa penyelenggaraan pendidikan, keberhasilan dan kegagalan polisi dalam melaksanakan tugas.
4. Menghasilkan produk-produk yang dapat digunakan untuk :memperbaiki, meningkatkan, bahkan membangun.
Sehingga lembaga pendidikan Polri menjadi lembaga untuk menghasilkana produk-produk unggulan yang memiliki kekuatan karakter.
Lemdik dibangun dengan filosofi untuk membangun dan menanamkan kesadaran, tanggungjawab dan disiplin.
Tekanan atau pemaksaan yang sifatnya kontra produktif bahkan pengkebirian pemikiran pantang untuk dilakukan apalagi sampai diterapkan.
Dengan dukungan SIAK ,diharapkan mampu menghasilkan orang-orang yang mampu menuangkan ide-ide dan pemikiranya dalam bentuk tulisan maupun dalam perilaku dan tindakan serta kebijaksanaan.
Mampu menjadi penjaga kehidupan, pembangun peradaban dan pejuang kemanusiaan.
Ini sebenarnya, membuat suatu keabadian membangun peradaban.
Profesor Satjipto Rahardjo (almarhum) mengingatkan, bahwa polisi adalah ahli-ahli sosiologi dan kriminologi (karena setiap hari dalam pekerjaanya mengeluti bidang tersebut). Mampu berintraksi dan menyelesaikan berbagai masalah sosial (kalau pengalaman-pengalaman itu ditulis).
Dengan demikian, hasil didik dan produk-produk dari lembaga pendidikan menghasilkan produk unggulan yang mencerminkan pemikiran dan budinya, bahkan kebesaran jiwa, yang menyentuh hati dan penguat jiwa bagi masyarakat yang dilayani.(CDL-Lembang02092014)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana