Tiap Hari 93 Ribu Penerbangan di Dunia

ilustrasi-penerbangan

Di era modern ini, manusia semakin sulit melepaskan ketergantungan terhadap industri penerbangan. Kendati konektivitas antarwilayah, antarnegara, antarpulau, dan antarbenua dimungkinkan untuk menggunakan angkutan darat (kereta api dan mobil) serta angkutan laut, namun penerbangan memberikan tingkat efisiensi yang tinggi.

“Dengan efisiensi yang ditawarkan pesawat, saya kira tidak diragukan lagi penerbangan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dunia dan suatu negara,” kata Ketua Umum Indonesia Nasional Air Carriers Association (INACA) Arif Wibowo.

Dalam perkembangannya, industri penerbangan juga dapat menawarkan konsep borderless sehingga orang makin menggandrungi moda transportasi yang satu ini. Bayangkan saja, dengan konsep tersebut, penumpang bisa dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang memungkinkan mereka tetap bisa berkomunikasi dan memperoleh informasi dari dunia luar selama dalam perjalanan mereka.

“Kalau dulu, saat pintu pesawat ditutup, seorang penumpang akan terputus komunikasinya dengan dunia luar, saat ini kondisinya berbeda. Dalam perjalanan, penumpang masih bisa melakukan aktifitas, seperti menelepon, menggunakan internet, menonton televisi, dan sebagainya,” papar dia.

Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai yang menyiapkan fasilitas inflight connectivity dan live TV bagi seluruh penumpang hingga layanan chef on board untuk penumpang first class. Melalui fasilitas inflight connectivity, penumpang dimungkinkan untuk terhubung dengan koneksi internet sehingga dapat melanjutkan aktivitas bisnisnya selama penerbangan.

Tidak saja masalah komunikasi, penumpang udara bisa merasakan kenyamanan bagai di rumah sendiri, misal dengan kursi pesawat yang tidak lagi berfungsi untuk duduk saja, melainkan untuk merebahkan badan dan bisa tidur nyenyak.

Tak heran, akhirnya, masyarakat memiliki animo yang sangat besar terhadap layanan jasa penerbangan. Hal itu bisa terlihat dari rata-rata jumlah penerbangan di seluruh dunia yang mencapai 93.000 per hari dari 9.000 bandara asal. Setiap saat ada 8.000 hingga 13.000 pesawat yang lalu lalang di berbagai belahan dunia.

Namun bagai dua sisi mata pisau, selain menawarkan berbagai kenyamanan, perjalanan dengan pesawat udara bisa berakhir memilukan, seperti yang menimpa para penumpang pesawat Malaysia Airlines MH 017 yang jatuh di Ukraina, Kamis (17/7/2014). Tragedi kecelakaan pesawat makin terlihat mengerikan, karena ketika kecelakaan fatal terjadi, peluang seorang penumpang untuk selamat sangat kecil.

Padahal, perjalanan dengan pesawat terbang sejatinya masih menduduki peringkat teratas keamanan di antara berbagai moda transportasi lainnya. Konsultan Penerbangan Gerry Soejatman mengungkapkan, data di berbagai negara menunjukkan risiko kecelakaan fatal saat perjalanan menuju bandara jauh lebih tinggi ketimbang risiko kecelakaan fatal di udara.

Dari dalam negeri, akhir tahun lalu, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengklaim tingkat kecelakaan pesawat di Indonesia menurun dalam tujuh tahun terakhir ini. Hal itu tercermin pada rate of accident/RoA) penerbangan yang telah menurun dari 2,94 menjadi 0,46.(ivd/sis)

Share
Leave a comment