Produksi Kelapa Sawit Swadaya Masyarakat Rendah

petani-swadaya Para petani swadaya memaparkan pengalamannya dalam mengembangkan sawit di Labuhanbatu.(dhon)

 

TRANSINDONESIA.CO – Produktivitas kebun kelapa sawit swadaya masyarakat di Sumatera  Utara, rendah hanya 15 ton/ha/tahun dibanding hasil kebun plasma sekitar 20 ton/ha/tahun.

Hal ini dikarenakan kebun swadaya menggunakan bibit palsu, jarang dipupuk, infrastruktur jelek, belum ada kelembagaan (masih perantara tengkulak) serta belum ada pembinaan yang intensif dari instansi.

Padahal, kata Head Corporate Soscial Responsibility (CSR) Asian Agri Rafmen, tuntutan akan minyak sawit lestari makin gencar, peningkatan produktivitas-Intensifikasi jadi keharusan dan areal Sumber TBS yang masuk pabrik harus legal.

“Atas dasar inilah, Asian Agri terpanggil menjadi bagian dari solusi dalam meningkatkan produktivitas kebun swadaya dan mulai tahun 2011 kita meluncurkan program pembinaan petani swadaya,” kata Rafmen saat buka puasa bersama dengan insan pers di Medan, kemaren.

Dalam meluncurkan program pembinaan petani swadaya tersebut, ada beberapa tahapan kegiatan yang sudah dilakukan Asian Agri. Diantanya, melakukan pendataan petani dan pemetaan areal, melakukan diskusi kelompok terarah, pelatihan dinamika kelompok, study banding ke Koperasi Unit Desa (KUD) lain dan kebun inti.

“Serta melakukan sosialisasi dan penandatanganan nota kesepahaman hingga melakukan penyuluhan teknis budidaya kelapa sawit secara keseluruhan, baik dalam kelas maupun rutin di lapangan,”  terang Rafmen.

Sampai Juni 2014 ini, lanjut Rafmen, luas areal binaan kebun sawit swadaya Asian Agri sudah mencapai 8.544 hektar, dengan rincian di Sumut 3.008 ha, Riau 3.453 ha dan Jambi 2.083 ha. “Target kita sampai dengan 2016 20 ribu hektar,” imbuhnya.

Untuk mendukung kegiatan itu semua, tambah Rafmen lagi, pihaknya sudah membangun tempat balai pertemuan petani swadaya, memperbaiki jalan dan jembatan, pengadaan pupuk dan pembelian bibit, kegiatan pembinaan serta pendampingan dan pembinaan.

Sementara itu, Head of Sustainability Asian Agri Freddy Widjaya menuturkan, Asian Agri merupakan salah satu perusahaan minyak sawit terkemuka yang didirikan pada tahun 1979 dan beroperasi di Sumut, Riau dan Jambi.

“Asian Agri salah satu pelopor program petani plasma di Indonesia dan telah mengembangkan 60.000 ha dengan melibatkan 29,000 petani plasma dan bekerja dengan 25.000 petani swadaya,” ungkap Freddy.

Asian Agri juga telah menerima beragam sertifikat, seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), International Sustainability and Carbon Certification (ISCC), Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) dan lainnya.

Hadir juga pada acara itu, Head SSL Asian Agri Supriyadi dan manajemen Asian Agri lainnya, Ketua PWI Sumut Muhammad Syahrir dan sejumlah wartawan media cetak dan elektronik.(dhona)

Share
Leave a comment