Intelijen Ukraina Beberkan Bukti Keterlibatan Rusia di Insiden MH17

puing-pesawat-malaysia-airlines-mh17-di-ukrainaPuing-puing pesawat Malaysia Airlines MH17 setelah jatuh dekat pemukiman Grabovo di wilayah Donetsk, 17 Juli 2014.(rts)

TRANSINDOENSIA.CO – Pemerintah Ukraina kembali membeberkan bukti lain soal keterlibatan militer Rusia dalam jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17. Badan Intelijen Ukraina (SBU) pada Sabtu (19/7/2014), mempublikasikan sebuah foto yang menunjukkan kendaraan sistem pertahanan rudal udara BUK M1 yang tengah berada di dekat kota Snizhe, di daerah Donetsk.

Laman Malaysia, The Star, Minggu (20/7/2014), melansir dalam foto itu terlihat dua sistem rudal BUK-M1 yang tengah melintas dari Ukraina menuju ke Rusia pada Jumat 18 Juli 2014 pukul 02.00 dini hari waktu Ukraina. Waktu itu menunjukkan satu hari setelah terjadi tragedi jatuhnya pesawat MH17.

“Salah satu dari mereka memiliki satu set yang terdiri dari empat rudal, sementara kendaraan lainnya memiliki tiga rudal,” ujar Kepala Departemen Kontraintelijen SBU Ukraina, Vitaliy Nayda.

Foto tersebut, ujar Nayda, kian menguatkan bukti lainnya berupa percakapan antara anggota kelompok separatis dengan agen intelijen Rusia. Pembicaraan itu berhasil dicegat oleh intelijen Ukraina dan membenarkan setidaknya ada satu sistem BUK-M1 yang sebelumnya tiba di Ukraina dari Rusia.

Sistem BUK tersebut turut membawa tiga kru personil militer Rusia. Saat jumpa pers itu, Nayda turut menunjukkan sebuah foto sistem rudal BUK-M1 yang tengah berada di Torez, lokasi di mana pesawat MH17 jatuh.

“SBU memiliki bukti bahwa sebuah rudal diluncurkan pada pukul 16.20 waktu Ukraina pada tanggal (17/7/2014) dari sebuah area dekat Torez, yang tidak jauh dari Snizhne dan rudal tersebut berhasil menembak jatuh pesawat berpenumpang sipil,” imbuh Nayda.

Penyidik Ukraina kini tengah berupaya untuk memperoleh akses ke titik peluncuran rudal dan lokasi jatuhnya pesawat. Namun, kelompok separatis itu, ujar Nayda, mencoba menghalangi mereka.

“Rusia mencoba menutupi jejaknya dan mengklaim pihak lain bertanggung jawab atas tindak terorisme,” ungkap Nayda.

Dia kembali menegaskan bahwa penyidik Ukraina tengah berbagi semua bukti kepada badan internasional yang menggelar penyelidikan independen.

Munculnya spekulasi soal rudal yang digunakan untuk menembak jatuh bermula dari analisa militer CNN, Rick Francona. Dilansir The Star, Francona menyebut rudal yang dibawa di pundak dan biasa digunakan kelompok separatis tidak mampu menjangkau ketinggian lokasi pesawat MAS berada di 33 ribu kaki.

Pria yang menjabat sebagai mantan letnan kolonel Angkatan Udara AS itu menganalisa rudal yang mampu dibawa manusia, paling-paling hanya menjangkau ketinggian 15 ribu kaki. Lalu, dia mengatakan kemungkinan rudal yang mampu menjangkau ketinggian MAS, yakni BUK.

“Ini mengindikasikan pesawat ditembak rudal dari darat menuju ke udara atau dari udara dengan menggunakan pesawat tempur militer,” kata Francona.

Sistem pertahanan semacam ini, lanjut dia, hanya dimiliki oleh militer Rusia di perbatasan dengan Ukraina. (ts/sis)

Share
Leave a comment