Penanganan Virus MERS Arab Saudi Dipertanyakan

virus mers covVirus Mers

 

TRANSINDONESIA.CO – Revisi jumlah kasus virus MERS yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi menimbulkan berbagai pertanyaan dari para ilmuwan. Mereka mempertanyakan bagaimana penanganan penyebaran virus tersebut selama dua tahun ini.

Para ilmuwan kesehatan dunia dan penyebaran penyakit mengatakan transparansi data yang dilakukan oleh Arab Saudi sangat penting untuk dipelajari guna mengetahui lebih lanjut soal virus tersebut. Pasalnya, selama dua tahun yang lalu, kasus ini belum pernah terjadi pada manusia dan kini telah menewaskan lebih dari 300 orang di seluruh dunia.

“Ini sangat dipertanyakan mengapa kasus ini sebelumnya tidak dilaporkan,” kata Michael Osterholm, direktur Pusat Penelitian Penyakit Menular dan Kebijakan di Universitas Minnesota.

Dari informasi yang ada, saya tidak bisa menyebutkan mengapa mereka tidak melaporkan sebelumnya. Namun, mungkin bisa saja dua  alasan berikut menjadi penyebabnya.

Pertama adalah pengawasan yang kurang kompeten yang kurang tepat dilakukan untuk mendeteksi dan mengkonfirmasi kasus ini. Kedua, itu merupakan kesengajaan mereka untuk tidak melaporkan kasus tersebut, khususnya kasus yang semakin parah dan fatal.

Tariq Madani, kepala Dewan Penasehat Ilmuwan di pusat pengendalian dan komando Kementerian Kesehatan Arab, mengatakan ia tidak meyakini hal tersebut disengaja dan mungkin disebabkan oleh beberapa faktor.

“Kami tidak merasa ini dilakukan dengan sengaja. Ini bisa saja terjadi dimana saja di dunia, bahwa 20 persen pasiennya mungkin tidak dilaporkan. Ini sebenarnya kurang dari 20 persen,” katanya.

Meski pun data yang dipublikasikan di website kementerian terbatas, data lebih lengkap diberikan kepada para ilmuwan dan para professional kesehatan yang menghubungi kementerian secara langsung. Virus MERS yang dapat mengakibatkan gejala demam, batuk, sesak napas, dan pneumonia ini diduga disalurkan ke manusia melalui unta.

Meskipun begitu, para ilmuwan mengatakan penyebaran dari manusia ke manusia juga bisa terjadi. Arab Saudi telah dikritisi atas penanganan penyebaran virus ini. Pasalnya, menurut para ahli kesehatan, kasus ini masih dapat ditangani jika pejabat setempat dan para ilmuwan berkolaborasi dalam penelitian bagaimana virus ini beroperasi dan dari mana virus ini berasal.

Menanggapi hal itu, kementerian kesehatan pun menyatakan telah mengambil langkah baru untuk mengumpulkan data. Pada Senin kemarin, menteri kesehatan Adel Fakieh mengumumkan telah mengganti wakil menteri kesehatan Ziad Memish dari jabatannya.

Fakieh sendiri ditunjuk pada April lalu menggantikan Abdullah al-Rabeeah menyusul merebaknya kasus MERS. Sedangkan, pada Selasa lalu kementerian mengungkapkan jumlah kematian akibat virus ini mencapai 50 persen.

Angka baru ini terungkap setelah kementerian kembali memeriksa data lamanya yang menunjukan jumlah kasus sejak 2012 juga meningkat hingga lima kali dari jumlah yang dilaporkan sebelumnya. Terakhir, Arab Saudi mengungkapkan jumlah total kasus MERS mencapai 691 dimana 284 di antaranya dilaporkan meninggal.(rol/fen)

Share
Leave a comment