Debat Capres Tak Pernah Bahas Olahraga

prabowo-jokowi-debat-capres Debat capres-cawapres belum pernah bahas soal olahraga

 

TRANSINDONESIA.CO – Petenis legendaris Indonesia, Yustedjo Tarik mengharapkan, debat capres dan cawapres juga membahas masalah olahraga dan pembinaan atlet, khususnya cabang-cabang yang bisa menghasilkan devisa bagi negara.

Kepada Antara di London, Sabtu, Yustedjo Tarik yang hadir ke London setiap tahun guna menyaksikan pertandingan tenis Wimbledon itu menuturkan bahwa dirinya sangat prihatin dengan perkembangan olahraga di Indonesia.

Yustedjo Tarik, peraih medali emas Asian Games Bangkok, Thailand, 1978, setiap tahun mendapatkan pass khusus untuk dapat menyaksikan pertandingan tenis Wimbledon yang sangat prestigious.

“Lihat para pemain olahraga yang berlaga di arena dunia mendapatkan hadiah uang ribuan dolar dan pound sterling yang bila dirupiahkan tentunya jumlah nya juta an rupiah,” ujar Yustedjo Tarik yang sangat mencemaskan tenis Indonesia, yang sejak 2006 masih saja bercokol di Grup II, Piala Davis Asia/Oseania di Stadion Manahan Solo beberapa tahun silam.

Untuk itu dia berharap dalam debat capres dan cawapres juga dibahas lebih dalam misi dan visi terkait nasib olahraga di Indonsia serta prestasinya yang makin terpuruk.

“Tidak ada satu pun cabang olahraga Indonesia yang menunjukan prestasinya di dunia Internasional,” ujar pria kelahiran di Jakarta, 30 Agustus 1953, putra Muhammad Yusuf Tarik, petenis yang pernah jaya pada 1930-an.

Yustedjo yang mulai mengayun raket ketika berusia 6 tahun itu menyatakan kekagumanannya akan penyelengaraan pertandingan tenis Wimbledon yang sangat apik dan terorganisir dengan sangat rapih dan prestesius itu.

“Saya sangat kagum akan penyelenggara pertandingan tenis di Wimbledon,” ujar Yustedjo Tarik yang tidak pernah absen untuk menyaksikan para petenis kelas dunia berlaga di Wimbledon.

Sayang nya tidak ada atlet tenis Indonesia bisa bertanding di centre court sejak kejayaan petenis wanita Indonesia Yayuk Basuki yang pernah tampil di Wimbledon.

Menurut Yustedjo Tarik, perhatian pemerintah kepada atlet juga kurang serta penghargaan kepada atlet yang pernah berprestasi tidak mendapat penghargaan yang seharusnya. Padahal pemenenag Wimbledon berhadiah ribuan poundsterling.

Untuk itu dia berharap kepada para capres dan cawapres mendatang lebih memperhatikan pembinaan atlet yang bisa mengharumkan nama negara seperti beberapa tahun silam adanya pemain bulu tangkis Susi Susanti, Yayuk Basuki dan olahragawan Indonesia lainnya.

Buat saya siapapun presiden dan wapresnya yang terpilih nanti benar benar memperhatinkan nasib olahraga dan juga olahragawan Indonesia, tidak hanya sekedar menjadi penonton seperti pada olahraga sepakbola yang sedang mengelar pertandingan piala dunia di Brasil.

Yustedjo Tarik juga berharap mendapat kesempatan untuk bertemu dengan presiden maupun wapres yang terpilih untuk menyampaikan pandangannya mengenai olah raga khususnya tenis.

“Saya akan temui siapa pun presiden nya baik Jakowi mau pun Prabowo,” ujar Yustedjo Tarik yang dikenal sebagai petenis kontroversial karena suka memaki-maki, dan membanting raket dan lebih dari 30 raket yang remuk dia banting.

Ada unsur entertain di dunia tenis, lihat John McEnroe, ujarnya berkilah dan akhirnya menghentikan semua itu ketika pada 1985 Federasi Tenis Internasiona (FTI) mengeluarkan peraturan denda bagi petenis yang mengeluarkan kata-kata kotor atau merusak raket yang dipergunakan.

Kini Yustedjo Tarik menjadi sparing partner dalam bermain dengan para petinggi di Jakarta di lapangan tenis Kompleks Menteri Widya Candra.

“Saya menjadi pelatih para veteran, ujar Yustedjo yang berharap kepada orang yang ingin terjun ke dunia olahraga bisa bersungguh sunguh meriah prestasi dengan penuh tanggung jawab dan disiplin penuh.(ant/met)

Share
Leave a comment