Polisi Kesulitan Mengungkap Pelaku Pembunuhan di Timika

dana otsus papua

TRANSINDONESIA.CO – Kepolisian Resor Mimika, Papua, mengaku kesulitan mengungkap pelaku pembunuhan misterius di sejumlah lokasi di Timika beberapa waktu lalu lantaran minimnya saksi.

Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini di Timika, Kamis, mengatakan hampir semua kasus pembunuhan yang terjadi secara misterius itu berlangsung sangat cepat.

Saat polisi tiba di lokasi kejadian, para pelaku sudah kabur. Polisi hanya mendapati jenazah korban dengan kondisi luka terkena panah dan sabetan senjata tajam.

“Kami terus berupaya maksimal untuk dapat mengungkap para pelakunya meskipun kami juga menghadapi kesulitan karena tidak ada saksi yang melihat langsung kejadian itu,” jelas Rontini Kamis (8/5/2014).

Seluruh kasus pembunuhan misterius yang terjadi di Timika tersebut oleh warga setempat dikaitkan dengan konflik antara dua kelompok warga yang terjadi di Djayanti-Mayon Kuala Kencana.

Namun polisi beranggapan bahwa semua kasus pembunuhan misterius itu merupakan peristiwa kriminal murni karena korban dibantai di luar area konflik Djayanti.

Terkait dengan upaya penyelesaian konflik Djayanti, anggota Komnas HAM Nurcholis meminta Gubernur Papua Lukas Enembe agar dapat mengumpulkan para bupati di wilayah pegunungan tengah Papua yang masyarakatnya terlibat konflik.

“Saya setuju dengan rekomendasi Komnas HAM. Kita harus duduk bersama dengan bupati-bupati untuk menyelesaikan masalah ini karena masyarakat yang terlibat konflik ini datang dari berbagai kabupaten di wilayah pegunungan tengah Papua,” ujar Jermias Rontini.

Selain menerima kunjungan Komnas HAM, pada pekan ini Muspida Mimika juga menerima kunjungan sejumlah staf khusus Menko Polhukam yang datang ke Timika untuk menanyakan upaya penyelesaian masalah di Djayanti tersebut.

Menurut Rontini, sejauh ini salah satu kelompok yakni kelompok Suku Dani sudah tidak lagi menginginkan perang. Namun kelompok yang lain yaitu kelompok Suku Moni masih menginginkan perang lantaran korban tewas dari kelompok mereka lebih banyak.

Sejak meletus konflik di Djayanti pada Februari sampai saat ini, tercatat sudah 18 orang meninggal dunia, 12 orang dari kelompok Moni dan enam orang dari kelompok Dani.

Sementara itu Ketua Komisi B DPRD Mimika, Wilhelmus Pigai mengajak semua pihak untuk terus mengupayakan perdamaian dua kelompok yang bertikai di Djayanti.

Wilhelmus merasa prihatin karena korban tewas sudah sangat banyak, tidak hanya terjadi di lokasi konflik Djayanti, tetapi juga merembes ke Kota Timika.

“Terus terang saat ini masyarakat berada dalam kondisi tidak aman, penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran karena setiap saat terjadi pembunuhan, saling membantai. Penghormatan terhadap nilai kemanusiaan sudah tidak ada lagi,” tutur Wilhelmus.

Menurut dia, dalam kondisi seperti itu, mau tidak mau dan suka atau tidak suka maka aparat negara harus mengambil tindakan tegas yang terukur untuk memastikan bahwa keamanan hidup warganya tidak terganggu.

“Orang-orang yang menggunakan mobil rental berkaca gelap yang selalu bergerak ke mana-mana untuk membantai orang lain harus ditangkap dan diproses. Kami minta aparat terus melakukan razia senjata tajam di semua titik di Timika,” harap politisi dari PDIP itu.(ant/kum)

Share
Leave a comment