274 Tewas Kebakaran Tambang di Turki, Massa Demo Pemerintah

tambang di turkiKecemasan menyelimuti raut wajah beberapa keluarga penambang yang menanti kabar di sekitar tambang batu bara di Soma, Turki, (14/5/2014).(rts)

 

TRANSINDONESIA.CO – Akibat kebakaran yang terjadi di tambang bagian barat Turki, Serikat pekerja di negara itu mengumumkan akan melakukan pemogokan selama satu hari. Aksi itu dilakukan sebagai protes atas bencana terburuk yang pernah terjadi telah merenggut setidaknya 274 nyawa.

Para pejabat dari serikat kerja mengatakan, privatisasi terbaru dari sektor pertambangan itu telah membuat kondisi kerja menjadi lebih berbahaya. Demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (15/5/2014).

Tambang di Soma diprivatisasi pada tahun 2005.

Kepala Konfederasi Serikat Buruh Revolusioner dari Turki, Arzu Cerkezoglu mengatakan beberapa kelompok utama serikat pekerja telah menyetujui aksi pemogokan tersebut. Arzu juga meminta warga untuk memakai pakaian hitam dan berkumpul di depan Gedung Departemen Tenaga Kerja .

“Mereka yang mengejar privatisasi… kebijakan yang mengancam nyawa pekerja untuk mengurangi biaya… adalah penyebab pembantaian di Soma. Dan mereka harus bertanggung jawab,” jelas salah satu serikat kerja, Konfederasi Serikat Pekerja Umum dalam sebuah pernyataan.

Seorang anggota parlemen dari partai oposisi CHP Turki juga menuduh, pemerintah menolak proposal terakhir untuk penyelidikan dari parlemen terkait kecelakaan tambang di daerah tersebut.

Kantor berita Reuters mengutip Departemen Tenaga Kerja memberitakan, pejabat yang melakukan pemeriksaan secara rutin di tambang itu terkahir kali mengecek pada bulan Maret.

Memicu Kemarahan

Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan pun menjadi salah satu sasaran kemarahan massa, yang terpukul dengan kebakaran di tambang yang berada di Soma.Sebab korban yang timbul dalam musibah itu tak sedikit.

Menurut data dari Menteri Energi Turki Taner Yildiz ada sekitar 787 orang penambang di dalam. Terakhir diketahui jumlah korban tewas mencapai 274 orang, sementara baru 363 orang yang selamat. Sisanya yang terperangkap di bawah tanah, masih belum diketahui nasibnya. Tidak ada yang diselamatkan lagi sejak fajar pada hari Rabu.

Dalam kemarahan tersebut, orang-orang pun terlihat menendang mobil Erdogan dan memintanya mengundurkjan diri setelah memberikan konferensi pers terkait musibah tersebut.

Seperti diberitakan BBC, Erdogan dicemooh saat keluar dari mobil. Beberapa stasiun televisi merekam adegan tersebut. Menunjukkan Erdogan dikelilingi para pengawalnya di sebuah toko. Para pengunjuk rasa itu juga menyerang kantor partai yang paling berkuasa, AK.

Erdogan juga dikecam melalui media sosial karean dinilai tak peka. Karena mengutip banyak kecelakaan pertambangan di seluruh dunia, termasuk di Inggris pada abad ke-19, guna membela catatan pemerintah Turki. Bukiannya mengambil langkah konkret.

Dia hanya mengatakan, setiap upaya akan dilakukan untuk menemukan para penambang yang hilang, dan menjanjikan penyelidikan penuh.

Wartawan BBC James Reynolds di Soma mengatakan, Erdogan melihat tragedi ini sebagai ujian atas reputasinya. Ia menyadari bahwa pemerintah sebelumnya kalah dalam pemilihan, setelah melakukan kesalahan dalam penanganan gempa bumi pada 1999. Dan itu akan menjadi pelajaran baginya.

Sementara itu, polisi di ibukota Ankara menembakkan gas air mata dan meriam air pada sekitar 800 demonstran yang mencoba long march dari universitas menuju Kementerian Energi.

Di Istanbul, polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa di jalan perbelanjaan utama Istiklal.

Pasca-kebakaran tersebut, pemerintah pun memberlakukan masa berkabung untuk menghormati para korban selama 3 hari. Rencananya akan dimulai pada hari Kamis waktu setempat.

Sebelumnya, kemarahan terhadap pemerintah juga meletus di beberapa kota di Turki pada Rabu 14 Mei. Mereka geram dengan lambatnya proses penyelamatan di tambang di kota barat Soma yang terbakar.

Kini, tim penyelamat masih memburu mati-matian puluhan penambang hilang yang dikhawatirkan tewas. Menteri Energi Yildiz mengungkapkan, tambang yang diyakini masih terbakar menghambat upaya penyelamatan mereka.(rts/bbc/fen)

Share
Leave a comment