Tiga Bukti Pesawat MAS di Bajak

airlines malaysia

 

TRANSINDONESIA.co, Washington : Terdapat tiga bukti yang disebut sejumlah ahli penerbangan bahwa pesawat Malaysia Airlines MH370 dibajak seseorang. Pembajak ini disebut-sebut memiliki pengetahuan mumpuni mengenai cara kerja pesawat. Hal ini diungkapkan Mantan anggota Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS, John Goglia, Sabtu (15/3/2014).

TRANSPONDER

Petunjuk pertama adalah transponder pesawat. Sistem sinyal yang mengidentifikasikan keberadaan pesawat di radar ini tiba-tiba mati satu jam setelah pesawat lepas landas. Transponder hanya bisa dimatikan dari kokpit. Seorang pilot tentu mengetahui hal ini, namun seseorang juga bisa mempelajarinya dari internet.

ACARS

Petunjuk kedua adalah matinya Sistem Pengenalan dan Pelaporan Komunikasi Pesawat Boeing 777 (ACARS). Sistem ini, yang memiliki dua bagian, berfungsi mengirimkan pesan singkat via satelit atau sinyal radio ke markas sebuah maskapai. Dalam kasus MH370, sistem informasi ACARS dimatikan, namun bagian transmisinya tidak.

Untuk mematikannya, seseorang di kokpit harus menonaktifkan sejumlah tombol secara berurutan. Lagi-lagi, pilot pastinya mengetahui hal ini, namun orang lain juga juga bisa mengetahuinya melalui riset.

Sementara untuk mematikan sistem transmisi ACARS, seseorang harus mengoperasikan serangkaian sirkuit elektronik di bawah kokpit. Goglia menyebut pilot biasanya tidak mengetahui hal ini, karena merupakan tugas teknisi. Dalam kasus MH370, sistem transmisi tetap menyala dan terus mengirimkan kerlip (blips) yang terekam satelit Inmarsat untuk empat hingga lima jam setelah transponder dimatikan.

Kerlipan ini tidak mengandung pesan atau data, namun satelit dapat mengetahui dari daerah mana itu berasal. Tim investigasi sedang berusaha mempelajari data satelit untuk menyelidiki di kawasan mana kerlipan terakhir dikirim.

MH370 Terbang secara Terkendali

Indikasi ketiga adalah ketika transponder dimatikan dan radar sipil kehilangan jejak, radar militer Malaysia dapat mengikuti jejak pesawat yang mengarah ke barat.

Pesawat lalu terpantau mengikuti rute penerbangan melintasi semenanjung hingga akhirnya menghilang dari radar militer. Biasanya, pesawat mengikuti satu per satu titik (waypoint) penerbangan, sehingga menara pengawas dapat memandu agar tak terjadi tabrakan di udara. Untuk mengikuti rute ini, seseorang harus mengendalikan pesawat.

Goglia menegaskan dirinya skeptis terhadap laporan pesawat melakukan manuver tajam, termasuk terbang tinggi dan turun mendadak. Menurut dia, tanpa adanya sinyal transponder, menara pengawas cenderung sulit melacak pesawat yang terbang terlampau tinggi atau melakukan manuver secara tiba-tiba di ketinggian tertentu.(ap/fen)

Share
Leave a comment