Setahun Tak Punya Kepala Sekolah

sd malukuSD Negeri Grogos, Seram Timur, Maluku.(bs)

 

TRANSINDONESIA.co, Maluku :  Siang itu, Ismail Rumakat ikut ayahnya melaut. Tidak hanya Ismail, bocah-bocah SD Negeri Grogos lainnya juga ikut menjemput rombongan dari Jakarta yang akan mengunjungi Pulau Grogos, satu pulau di bawah Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku.

Ismail menceritakan bahwa hari itu tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolahnya. Bukan hanya hari itu saja, beberapa hari sebelumnya, anak-anak sekolah di Pulau Grogos itu sudah tidak belajar.

“Ibu Guru di Pulau Gorom (nama pulau di Seram Bagian Timur) ada ujian SMA,” kata Ismail yang sekarang duduk di bangku kelas enam seperti dikutip dari bersitasatu..

Adalah Rahma, guru yang mengajar Ismail. Rahma bukannya sedang menjalani ujian di pulau lainnya. Namun, Rahma terpaksa menomorduakan kewajibannya mengajar demi mendampingi anaknya melewati ujian masuk SMA.

Kegiatan belajar di SD Negeri Grogos otomatis lumpuh total tanpa kehadiran Rahma. Pasalnya, Rahma merupakan satu-satunya guru di SD Negeri Grogos. Ia mengajar mulai dari kelas satu hingga kelas enam seorang diri. Tidak ada guru lain yang mengajar di sekolah itu.

Zahra (43 tahun), orang tua murid SD Negeri Grogos mengungkap Raham bukan penduduk asli Pulau Grogos. Rahma, kata Zahra berasal dari Seram.

“Ibu Rahma orang Seram. Tinggal di sini hanya untuk mengajar. Satu guru untuk kelas satu sampai enam,” ujar Zahra, Ibu yaitu Marwanto Derlin, murid kelas dua SD Negeri Grogos.

Masalah di SD Negeri Grogos tak hanya soal guru yang hanya satu. Namun, ada hal krusial lain yang menyebabkan sekolah di pulau berbentuk pipih panjang ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Masalah itu bernama kepala sekolah. Sudah setahun lebih, sekolah ini tidak memiliki kepala sekolah.

“Sudah setahun kepala sekolah tidak datang-datang,” kata Zahra.

Saking lamanya tak memiliki pimpinan, Zahra pun tidak ingat nama orang yang memimpin sekolah anaknya itu. Zahra hanya ingat sang kepala sekolah, selayaknya Bu Guru Rahma, tidak berasal dari pulaunya. Bapak kepala sekolah tinggal di Pulau Gorom, sekitar satu jam perjalanan menggunakan perahu mesin dari Pulau Grogos.

Kepala Dusun Grogos, Udin Rumakat mengkhawatirkan absennya guru dan kepala sekolah bakal mempengaruhi kualitas pendidikan anak-anak SD Negeri Grogos. Terlebih, kata Udin yang merupakan ayah dari Ismail, dalam waktu dekat akan menghadapi ujian.

“Anak-anak sudah mau ujian. Bagaimana, tidak ada guru dan kepala sekolah,” keluh Udin.

Adapun M. Ismail Kililau pejabat dari Unit Pelaksana Teknik Dinas Pendidikan Kecamatan Gorom mengakui bahwa tidak ada guru lokal yang mengajar di SD Negeri Grogos. Guru itu dikirimkan dari kecamatan untuk ditugaskan mengajar di SD Negeri Grogos.

Ismail berpendapat seorang guru hendaknya melaksanakan apa yang sudah diamanatkan kepadanya. Tapi tidak demikian dengan guru yang ditugaskan di Grogos. Menurut Ismail, guru di Grogos cenderung manja. Oleh sebab itu, mereka kerap mengesampingkan tugas utamanya mendidik anak-anak di pulau Grogos.

“Gurunya bisa disebut manja,” kata Ismail.

Menurut Ismail, permasalah SDN Grogos ini tengah dicarikan solusi. Ia, yang akan mengikuti Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrembang) di Kabupaten Seram Bagian Timur, bakal membawa permasalahan ini untuk dicarikan solusinya.

“Semoga anak-anak di sini bisa bersekolah secepatnya. Tidak bisa didiamkan terus seperti ini,” kata Ismail.

Baik Guru Rahma maupun sang kepala sekolah tidak bisa dikonfirmasi ihwal permasalahan ini karena tidak berada di Pulau Grogos. Ihwal absensi Rahma dan kepala sekolah nampaknya cukup beralasan.

Karena, jika dibandingkan dengan lokasi tempat Rahma dan kepala sekolah tinggal, fasilitas Pulau Grogos tergolong kurang. Di pulau ini tidak ada sambungan listrik. Penduduk sepenuhnya mengandalkan genset berbahan bakar disel, dan panel surya. Di pulau yang bisa dikelilingi dalam waktu satu jam ini, juga tidak mempunyai toko kelontong.

Hanya 50 murid

SD Negeri Grogos menjadi satu-satunya sekolah di Pulau Grogos. Hanya ada sekitar 50 orang anak yang mengenyam pendidikan di sini. Rata-rata per kelas dihuni oleh kurang dari sepuluh murid. Untuk kelas lima, tercatat hanya memiliki tujuh siswa.

Anak-anak Pulau Grogos yang telah menyelesaikan pendidikan dasar, akan melanjutkan ke SMP di Pulau Geser, Pulau Gorom dan Pulau Amarsekaru. Ketiganya merupakan bagian dari Kabupatn Seram Bagian Timur.

Terletak persis membelakangi pantai, SD Negeri Grogos hanya memiliki tiga bangunan. Satu bangunan tidak difungsikan sama sekali, karena kondisinya yang tidak lagi memungkinkan. Jika angin pantai bertiup dengan kencang, bangunan sekolah tersebut bisa rubuh.

Dua bangunan lainnya, yang tergolong baru juga tidak jauh lebih baik. Pengerjaannya seolah belum rampung seluruhnya. Terlihat dari kaca-kaca yang masih ada noda cat. Bahkan ada beberapa kaca yang sudah pecah.

Soal perlengkapan belajar-mengajar juga tergolong sederhana. Hanya ada peralatan sederhana, yaitu kursi meja dan papan tulis.

Saat berkunjung ke sini, sekolah masih tetap ramai oleh anak-anak. Meski berada di sekolah, kedatangan mereka bukan untuk belajar, melainkan untuk bermain. Ada yang bermain bola, berlari dan bahkan memanjat jendela sekolah.(bs/kum)

Share
Leave a comment